SUATU kala, Fudhail bin Iyadh, seorang pencuri yang menyatakan keislamannya, sedang berjalan ke masjid. Ia melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada seorang ibu yang sedang memarahi anak laki-lakinya.
Lantaran kenakalan si anak, ibu sangat marah dan memukulnya. Si anak berteriak dan berhasil membuka pintu lalu kabur. Masih dengan kesalnya, si ibu mengunci pintu rumah dari anaknya itu.
Baca Juga: Imam Al Fudhail bin Iyadh Menangis Membaca Surat dari Imam Abdullah bin Mubarak
Kisah Fudhail bin Iyadh, Perampok yang Bertaubat
Ketika Fudhail pulang dari masjid, ia mendapati anak kecil tadi berbaring sesenggukan di depan pintu rumahnya. Mukanya sembab sehabis menangis. Ia hanya diam bersedih mengharapkan maaf dari ibunya.
Tak berapa lama Fudhail lewat, hati si ibu telah lembut dan akhirnya membukakan pintu bagi anaknya itu.
Fudhai begitu tersentuh melihat pemandangan demikian. Ia dulunya adalah seorang pencuri. Bahkan saat ia telah menyatakan dirinya Islam, melaksanakan sholat dan puasa, Fudhail masih suka mencuri, terutama barang-barang dari rombongan orang dalam perjalanan.
Sampai suatu kali ia mendengar ayat Al-Qur`an surat Al Hadid 16. “Bukankah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al Kitab kepadanya, kemudian berlalulah suatu masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.”
Fudhail menyadari kesalahannya. Ia jera dan benar-benar tobat. Ketika menyaksikan sang ibu membukakan pintu bagi anaknya, mata air Fudhail berlinangan. Bahkan air mata itu sampai membasahi jenggotnya.
Ia berkata: “Maa Syaa Allah, kalau saja seorang hamba selalu sabar menanti di depan pintu Allah, Allah pasti akan membukakan pintuNya.” Rasulullah bersabda, “Siapa yang tetap bersabar, Allah akan membuatnya sabar. Tak seorang pun menerima keberkahan lebih baik dan lebih besar daripada kesabaran.” (Shahih Bukhari)
Semoga kisah Fudhail bin Iyadh ini menjadi renungan untuk kita semua.
[red/Cms]