CINTA itu seperti cermin. Ketertarikan dan kecenderungan seseorang terkadang lahir karena ada sesuatu yang spesial yang dia lihat dari orang yang dicintai.
Apa yang menyebabkan seseorang itu tertarik dan kemudian mencintai tidak dapat dijelaskan secara harfiah, seperti besi yang selalu tertarik pada magnet.
Baca Juga: Cinta Itu Singkat Waktunya
Cinta itu seperti Cermin
Sebenarnya cinta merupakan cermin sang pecinta untuk melihat tabiat dan gambarannya yang terdapat pada diri kekasihnya.
Padahal ia tidak lain hanya mencintai dirinya sendiri, tabiatnya, dan orang yang menyerupai dirinya.
Ungkapan “soulmate” atau “belahan jiwa” memang ada benarnya karena pada dasarnya kita mencari seseorang yang mampu menggenapkan diri kita dan mengisi kekosongan yang ada dalam diri kita.
Dan sangat sulit jika bagian yang akan mengisi kekosongan dalam diri kita tidak memiliki kecocokan dengan kepribadian kita. Dan biasanya yang cocok itu yang memiliki kesamaan dengan diri kita.
Kita hanya mencintai berdasarkan sifat-sifat luhur yang dimiliki kekasih kita. Sifat yang paling dicintai itu berdasarkan ilmu pengetahuan, keberanian, bisa menjaga harga diri, kedermawanan, perbuatan baik, sabar, dan tabah dari sang kekasih.
Sifat-sifat inilah rupa sejatinya bukan terletak pada wajah dan bentuk tubuh. Inilah yang kemudian membuat sejumlah orang mengatakan, cinta tidaklah hanya terfokus pada kecantikan dan keindahannya.
Tidak lantas ketika tidak ada kecantikan, cinta pun tidak hadir. Cinta bisa lahir karena keidentikan dan keserupaan jiwa pada tabiat yang diciptakan.
Cinta karena sifat-sifat luhur yang terdapat dalam karakter atau kepribadian kekasih inilah yang merupakan cinta yang paling bermanfaat dan paling mulia.
Cinta itu bersemi dari kecocokan yang ada dalam jiwa dan sifat-sifat itu sendiri. Dan jiwa yang paling mulia dan paling agung adalah yang terbanyak dan terluhur cintanya. [Maya/Cms]