ChanelMuslim.com – Membaca fenomena kekaguman pada seseorang. Ada karpet indah di ruangan megah, datang seorang pembersih ruangan mengangkat karpet bagus tersebut.
Ternyata ia mendapati di bawah karpet banyak debu, tungau, dan sampah bekas bungkusan permen dan semacamnya. Tidak disangka.
Hati-hati dengan fenomena kekaguman pada seseorang. Tidak semua tampak indah sebagaimana di permukaannya.
Nasihat Umar bin Khattab Radhiallahu Anha jika kagum pada seseorang karena ia hebat dan pandai bicara, perhatikan sikap dan perilakunya sehari-hari apakah sesuai dengan kehebatannya.
Janganlah seperti kisah seorang perempuan pemintal benang kemudian ia urai kembali. Janganlah membangun kebaikan, namun saat bersamaan meruntuhkannya.
Baca Juga: Fenomena Hujan Lokal di Atas Satu Mobil
Membaca Fenomena Kekaguman pada Seseorang
Jika dua hal ini berkumpul dalam satu sosok:
Ketokohan + kesombongan = Fir’aun
Ketokohan + cinta jabatan = Haman
Ketokohan + cinta harta = Qarun
Tiga golongan ini sudah disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an (surat al-Qasas ayat 38, 39, Al-Ankabut ayat 39).
Kisah mereka diceritakan oleh Allah agar manusia mengambil pelajaran. Jasad, jabatan, dan harta akan punah. Nama mereka dikenang sebagai contoh tidak baik.
Perhatikan kisah orang-orang yang menggabungkan ini: ketokohan dan kerendahan hati jadilah ia seperti Shalahuddin al-Ayyubi, ketokohan dan ketegasan prinsip jadilah ia seperti Umar bin khattab Radhiallahu Anhu, ketokohan dan zuhud pada harta jadilah ia seperti Abu Bakar Shiddiq Radhiallahu Anhu.
Dan masih banyak kisah-kisah inspiratif pada generasi setelahnya yang menyentuh qalbu. Nama mereka dikenang sepanjang zaman sebagai contoh orang-orang baik.
Cintailah sesuatu karena Allah dan Rasul-Nya. Bencilah sesuatu karena Allah dan Rasul-Nya. Dua hal ini senantiasa akan membersihkan hati, pikiran dan filter dari segala amal perbuatan di mana pun berada dan dalam posisi sebagai apapun.
Allah Maha Mengetahui. Matahari menyinari tiap pagi dan menyapa seluruh penduduk bumi. Waktu terus bergerak maju dari terangnya siang hingga gelapnya malam.
Begitu setiap hari hingga hari kiamat tiba. Berada di manakah kita.
Catatan ini ditulis oleh Ustazah Wirianingsih pada 24 Desember 2017.[ind]