MENJELANG pemilihan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengeluarkan pernyataan penolakan pada ideologi LGBT dan menyebut keluarga sebagai kekuatan bangsa.
“Keluarga adalah sakral bagi kami. Keluarga yang kuat berarti bangsa yang kuat. Tidak peduli apa yang mereka lakukan, Tuhan cukup bagi kita.”
Hal ini ia sampaikan saat mengutarakan sikap lawan politiknya, Kemal Kilicdaroglu, sebagai “LGBT,” dilansir dari RT.
Pemerintah Erdogan memandang ideologi LGBT sebagai “agama” Amerika dan Eropa, yang asing bagi moral Turki.
“Kami tahu bahwa Tuan Kemal adalah seorang LGBT,” kata Erdogan pada rapat umum di kota Giresun pada hari Kamis (04/05/2023)
Baca Juga: Barat Tampak Bodoh ketika Dukung LGBT?
Tolak LGBT, Erdogan Sebut Keluarga Sebagai Kekuatan Bangsa
“CHP adalah LGBT, partai IYI adalah LGBT, HDP adalah LGBT,” lanjutnya, mencantumkan faksi politik di blok Aliansi Nasional enam partai Kilicdaroglu.
“Sebagai Aliansi Rakyat, kami menentang ini,” katanya, mengacu pada blok politiknya sendiri.
Erdogan telah menuduh Kilicdaroglu dan sekutunya sebagai pro-LGBT sebelumnya, dan menyampaikan pidato yang sama pada rapat umum di kota Rize pada hari Rabu (03/05/2023)
Kilicdaroglu bukanlah pendukung hak-hak gay yang blak-blakan, tetapi telah berjanji untuk mengembalikan Konvensi Istanbul jika terpilih menjadi presiden.
Konvensi Istanbul ditandatangani oleh 45 negara ditambah Uni Eropa pada tahun 2011. Konvensi tersebut bertujuan untuk memperkuat hukuman bagi pelaku kekerasan terhadap perempuan.
Tetapi di tahun 2021, Türkiye menarik diri dengan menyatakan bahwa konvensi tersebut telah “dibajak oleh sekelompok orang yang mencoba menormalkan homoseksualitas”.
Ini kemungkinan merujuk pada daftar perjanjian tentang perempuan transgender, yang secara biologis laki-laki.
“Mereka mencoba untuk melindungi seluruh masyarakat kita dengan nama LGBT,” kata Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu tentang Kilicdaroglu dan sekutunya pada bulan Februari.
“Keluarga penting bagi kami, wanita penting bagi kami, pria penting bagi kami,” ucap Suleyman.
Dalam sebuah wawancara radio bulan lalu, Soylu mengklaim bahwa sebutan “LGBTQ” “mencakup perkawinan hewan dan manusia.”
Dia kemudian menggambarkan ideologi LGBT sebagai “agama”, dan aktivis LGBT sebagai “sepenuhnya di bawah kendali Amerika dan Eropa.” [Ln]