RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam berjodoh dengan gadis Mesir. Namanya Mariah Al-Qibthiyah, keturunan Romawi.
Pada sekitar tahun keenam hijriyah, Rasulullah mengirim utusan damai untuk Raja Mesir. Isi pesan Nabi, mengenalkan Islam pada Raja Mesir dan mengajaknya memeluk Islam.
Utusan Rasulullah yang bernama Hatib bin Abi Balta’ah menerima sambutan baik dari Raja Mesir bernama Al-Muqawqis. Meski belum bersedia memeluk Islam, Muqawqis mengirimkan tiga budak sebagai hadiah untuk Rasulullah.
Tiga budak itu terdiri dari dua wanita dan satu laki-laki. Yang wanita merupakan kakak adik bernama Mariah dan Sirin, keduanya anak dari Sama’un. Sementara yang pria seorang yang sudah ‘disteril’ oleh Raja Mesir yang khusus melayani kebutuhan Mariah dan Sirin.
Awalnya Mariah merasa gundah karena harus meninggalkan kampung halaman. Tapi karena penjelasan dakwah tentang Rasulullah dan Islam dari Hatib, utusan Nabi tadi, Mariah bukan sekadar menjadi nyaman. Justru, bersedia masuk Islam.
Komunikasi dakwah antara Hatib, Mariah dan Sirin itu berlangsung di sela-sela perjalanan dari Mesir ke Madinah.
Menjadi Istri Rasulullah
Setibanya di Madinah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menerima baik ‘hadiah’ dari Raja Mesir itu. Ketiganya diperlakukan secara baik dan terhormat.
Bahkan, akhirnya Mariah bersedia menjadi istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sementara Sirin menjadi istri seorang sahabat Nabi bernama Haritsah.
Pernikahan Nabi dengan Mariah akhirnya memunculkan kecumburuan dari istri-istri Nabi yang lain, termasuk Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Hal ini karena Mariah berparas sangat cantik. Ia merupakan keturunan Romawi yang sekarang dikenal dengan Eropa.
Bukan itu saja, Allah menganugerahkan pernikahan Rasulullah dengan Mariah seorang bayi laki-laki yang diberi nama Ibrahim. Kelahiran Ibrahim terjadi di sekitar tahun kedelapan hijriyah.
Rasulullah sangat bahagia dengan kehadiran Ibrahim. Dan di saat yang sama, rasa cemburu para istri Nabi dengan Mariah juga kian bertambah. Nabi pun memindahkan tempat tinggal Mariah agak jauh dari para istri yang lain untuk ‘meredam’ rasa cemburu mereka.
Bahkan, untuk menghilangkan rasa cemburu mereka, Nabi sempat terucap untuk tidak ‘mendekati’ Mariah. Tapi hal itu akhirnya ditegur Allah subhanahu wata’ala melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang isinya melarang Nabi mengharamkan apa yang telah Allah halalkan.
Kebahagiaan Nabi dengan hadirnya Ibrahim ternyata tidak berlangsung lama. Setelah berusia hampir dua tahun, Ibrahim wafat. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersedih.
Setelah hampir satu tahun wafatnya Ibrahim, Allah subhanahu wata’ala pun mewafatkan Rasulullah. Inilah tahun-tahun yang ‘mengguncang’ hati Mariah.
Hanya dalam rentang waktu dua tahunan, ia kehilangan dua kekasih yang sangat dicintai: puteranya dan suaminya.
Setelah sekitar lima tahun wafatnya Rasulullah, Mariah pun meninggal dunia. Bisa dibilang, Mariah tergolong istri Rasulullah yang agak berbeda dengan yang lain. Ia bukan orang Arab dan satu-satunya istri Rasulullah selain Khadijah radhiyallahu ‘anha yang Allah anugerahi seorang anak laki-laki. [Mh]