MENYEMBUHKAN luka. Perjalanan hidup manusia tak ada yang bisa menduga. Tak semuanya mulus-mulus saja. Ada yang harus melewatinya dengan serangkaian luka yang terbawa hingga dewasa.
Kelak setelah dewasa, luka yang tak tersembuhkan itu akan bermanifes menjadi sikap tak percaya diri, selalu cemas dengan hal-hal baru, sering merasa bersalah,
memandang diri negatif dan sering merasa malu, menaruh curiga pada orang lain, tetapi merasa takut jika ditinggalkan dan banyak lagi lainnya.
Seiring bertambahnya usia, normalnya seseorang akan tumbuh dewasa. Namun, ada bagian dari diri yang tidak ikut tumbuh dewasa alias tetap menjadi anak-anak. Bagian inilah yang dinamakan inner child.
Penulis buku Journey to the Light, Uttiek M. Panji Astuti, menulis tentang menyembuhkan luka inner child cara Nabi Yusuf alaihis salam.
Luka inner child secara umum terbagi menjadi 4 sesuai penyebabnya, yakni abandonment wound, neglect wound, guilt wound, dan trust wound.
Abandonment wound adalah luka yang disebabkan pengalaman ditinggalkan atau berpisah dengan orang-orang terdekat saat masih kecil, semisal perceraian atau kematian orangtua.
Neglect wound adalah luka yang disebabkan oleh pengabaian, seperti jarang menerima apresiasi, diabaikan saat menangis, merajuk, atau menunjukkan perasaan yang dianggap negatif (sedih, marah, kecewa, dll.)
Baca Juga: Cerahkan Bekas Luka Menghitam dengan Beras dan Kencur
Menyembuhkan Luka
Guilt wound adalah luka yang disebabkan oleh kesalahan atau perasaan bersalah yang mendalam, seperti sering dimarahi secara meledak-ledak, menerima kekerasan,
ditolak saat meminta maaf, dipermalukan di depan umum, dan sebagainya.
Sedangkan trust wound adalah luka yang disebabkan rusaknya kepercayaan terhadap orang-orang terdekat, seperti orang tua sering mengingkari janji, dikhianati oleh orang terdekat dan sebagainya.
Bagaimana jika luka itu telanjur menganga? Atau bahkan pada beberapa orang tak tahu kalau ia membawa luka dari masa lalunya. Apa yang harus dilakukan?
View this post on Instagram
Alqur’an memberikan jawaban yang sangat indah melalui kisah hidup Nabi Yusuf yang diabadikan dalam QS Yusuf. Nama Nabi Yusuf disebut 27 kali di dalam Alqur’an.
Sejak kecil, ia mengalami perundungan alias bullying dari saudara-saudaranya. Puncaknya adalah kekerasan fisik, dijatuhkan ke dalam sumur.
Dipisahkan paksa dari ayahnya. Sendirian, kedinginan, ketakutan, hingga akhirnya ditemukan kabilah dagang dan dijual sebagai budak.
Luka masa kecil yang masih menganga harus bertambah lagi dengan upaya kejahatan seksual yang dilakukan istri penguasa Mesir yang merawatnya sejak kecil.
Luka itu kian sempurna dengan fitnah keji yang dilontarkan padanya hingga membuatnya dijebloskan ke dalam penjara.
Apakah itu semua membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang rusak tersebab luka inner child yang tak tersembuhkan? Ternyata tidak.
Nabi Yusuf tetap tumbuh menjadi pribadi luar biasa. Bertanggung jawab hingga dipercaya menjadi pejabat negara.
Dan yang terpenting, ia memaafkan saudara-saudaranya seperti yang tergambar indah dalam QS Yusuf: 92.
“Dia (Yusuf) berkata, “Pada hari ini tak ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), dan Dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.”
Menurut penelitian International Journal of Qualitative Studies in Health and Well-being, pengalaman masa lalu memberikan pelajaran berharga dalam jangka panjang.
Karenanya, cobalah berdamai dengan inner child untuk hidup yang lebih baik.
Tak perlu ada penyesalan atas luka yang ditimbulkan. Kisah Nabi Yusuf adalah contoh yang sempurna, bagaimana menyelesaikannya.[ind]