MUATABAH, mencela diri sendiri. Biasanya, lidah kita mudah untuk mencela orang lain daripada diri sendiri. Padahal, orang yang paling pertama untuk dicela seharusnya diri kita sendiri.
الناس يمدحونك لمايظنونه فيك فكن انت ذامّالنفسك لماتعلمه منها
“Orang-orang memujimu”, ujar Ibnu Athaillah, “karena apa yang mereka sangka ada pada dirimu”. Sebenarnya mereka tidak mengerti, benarkah dirimu seperti yang mereka bayangkan.
“Maka celakalah dirimu sendiri karena engkau mengetahui yang sebenarnya ada pada dirimu,” tambah Ibnu Athaillah.
Kita lebih mengetahui kondisi diri sendiri dibandingkan orang lain. Jika diri kita tampak baik, semata-mata karena Allah menutupi aib-aib diri kita.
Benarlah ungkapan Muhamad bin Wasi’,
لو كان للذنوب ريح ما جلس إلي أحد
“Seandainya dosa-dosa itu ada baunya maka tidak seorangpun yang mau duduk bersamaku”.
Baca Juga: Ketika Wanita Diingatkan untuk Tidak Mencela
Muatabah Mencela Diri Sendiri
Maka di antara doa yang bisa kita ungkapkan adalah,
اللَّهُمَّ أَنْتَ أَعْلَمُ مِنِّى بِنَفْسِى وَأَنَا أَعْلَمُ بِنَفْسِى مِنْهُمْ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى خَيْرًا مِمَّا يَظُنُّوْنَ وَاغْفِرْ لِى مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ وَلاَ تُؤَاخِذْنِى بِمَا يَقُوْلُوْنَ
“Ya Allah, Engkau lebih mengetahui keadaan diriku daripada diriku sendiri dan aku lebih mengetahui keadaan diriku daripada mereka yang memujiku.
Ya Allah, jadikanlah diriku lebih baik dari yang mereka sangkakan, dan ampunilah aku terhadap apa yang mereka tidak ketahui dariku, dan janganlah menyiksaku dengan perkataan mereka.”
(HR. Baihaqi dalam Syu’abul Iman, 4/228, no.4876).
Maqam keenam murabathah (kesiapsiagaan jiwa) menurut Imam Al-Ghazali adalah mu’atabah. Mencela diri sendiri.
Melalaikan urusan hati akan berakibat rusaknya amal. Oleh sebab itu, seorang mukmin harus senantiasa mengintrospeksi diri sebelum dan sesudah melakukan amal.
Siapa tahu ada cacat dan penyakit yang tersembunyi di dalam amalnya, sementara dia tidak menyadarinya?[ind]
Sumber: instagram