SAKIT dan payah itu bisa dirasakan semua orang. Tapi tidak oleh mereka yang sedang jatuh cinta.
Ada hal yang unik tentang rasa. Rasa sakit dan payah bisa tidak dirasakan oleh mereka yang disibukkan dengan sesuatu yang dicintai.
Perhatikanlah mereka yang cinta dengan naik gunung. Tidak ada escalator menuju tingginya gunung. Tidak juga lift seperti di gedung-gedung tinggi.
Yang ada hanya jalan setapak kecil yang selalu menanjak dan licin. Kiri dan kanan bukan taman-taman bunga yang enak dipandang mata. Tapi jurang dan bebatuan terjal.
Namun begitu, para ‘pecinta’ gunung tidak pernah kapok. Tidak juga merasa sakit. Tak ada bahagia bagi mereka selain ketika berada di puncak sana.
Begitu pun para pecinta memancing. Perhatikanlah, bagaimana mereka rela membayar mahal hanya untuk menikmati ‘strike’ saat seekor ikan memakan umpan mereka di kail.
Mereka pun tak peduli dengan lamanya menunggu. Tak juga peduli dengan aneka nyamuk yang silih berganti mencicipi darah tubuh mereka.
Ada juga kisah hebat tentang seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bernama ‘Abbad bin Bisyir. Di perjalanan selepas perang Dzatur Riqa’, ‘Abbad mendapat giliran jaga malam bersama Ammar bin Yasir.
‘Abbad mempersilahkan Ammar istirahat karena ia siap berjaga sendirian. Apa yang dilakukan ‘Abbad saat mengisi waktu jaga malamnya? Ia melakukan qiyamul lail.
Itulah kesibukan malam yang paling menyenangkan ‘Abbad. Ia seperti terbang ke dunia lain yang begitu tinggi dan agung. Karena merasa kerasan saat berduaan dengan Yang Maha Rahman dan Rahim, Allah subhanahu wata’ala.
Dalam keasyikannya itu, seorang musuh melontarkan anak panah ke tubuhnya. Anak panah itu mengenai lengannya. Tentu rasanya sangat sakit.
Tapi, tidak begitu dengan ‘Abbad. Ia seperti tak merasakan apa-apa. Anak panah kedua dan ketiga pun meluncur dan hinggap tepat di tubuhnya. Sekali lagi, ‘Abbad tetap asyik dalam shalatnya.
Selesai shalat, ‘Abbad membangunkan Ammar. Ammar terkejut karena sahabatnya itu sudah bersimbah darah. Ia terheran kenapa tidak membangunkan.
Apa kata ‘Abbad? “Ketika aku shalat tadi, aku hanyut dalam ayat Al-Qur’an yang amat mengharukan. Aku tidak ingin memutuskannya.
“Demi Allah, kalau bukan karena takut mengabaikan tugas dari Rasulullah, aku akan biarkan musuh membunuhku demi bisa menuntaskan bacaaan Al-Qur’anku,” ungkapnya.
**
Begitu banyak ‘aktivitas cinta’ yang baik dalam hidup ini. Ada aktivitas dakwah, aktivitas ilmu, aktivitas sosial, aktivitas keluarga, dan lainnya.
Nikmati aktivitas itu dengan penuh cinta. Gantungkan nilai keikhlasannya setinggi bintang di langit. Dan kita tidak akan merasakan sakit atau payah yang datang dari riak-riak dunia ini. [Mh]