ISU krisis populasi yang dialami oleh Jepang terus terdengar. Di antara penyebabnya, wanita jepang enggan untuk melahirkan dan memiliki anak. Mereka beralasan kebebasan dirinya jauh lebih penting dibandingkan menikah dan memiliki anak.
Sebagaimana diungkapkan oleh Chika Hashimoto, 23 tahun, yang baru saja lulus dari Universitas Kuil Tokyo. Ia tidak menolak memiliki keluarga di masa depan, tetapi dia juga tidak ingin mengambil kesempatan itu.
“Ini jelas bukan pilihan pertama saya,” katanya dilansir dari Al Jazeera. “Memenuhi karir saya dan menikmati kebebasan saya jauh lebih penting daripada menikah dan memiliki anak,” lanjutnya.
Hashimoto mengatakan bahwa masalah ekonomi sebagai alasan utama mengapa dia, dan banyak wanita muda Jepang lainnya, mengevaluasi kembali masa depan yang berpusat pada kehidupan keluarga.
“Membesarkan anak benar-benar menghabiskan banyak uang,” katanya. “Tidak mudah bagi wanita Jepang untuk menyeimbangkan karir dan membesarkan keluarga karena kita harus memilih di antara keduanya.”
Baca Juga: Pemerintah Jepang Bentuk Badan Khusus untuk Atasi Krisis Populasi
Alasan Wanita Jepang Enggan Memiliki Anak
Jepang adalah negara termahal ketiga untuk membesarkan anak, setelah China dan Korea Selatan, meskipun upahnya sangat stagnan.
Gaji tahunan rata-rata, yang hampir tidak baik sejak akhir 1990-an, adalah sekitar $39.000, dibandingkan dengan rata-rata OECD yang hampir mencapai $50.000.
Selain itu, penghasilan wanita Jepang 21,1 persen lebih rendah dari rekan pria mereka pada tahun 2021, hampir dua kali lipat kesenjangan upah rata-rata di negara maju.
Solusi dua arah yang diungkapkan oleh Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida untuk meningkatkan kelahiran yang menurun di Jepang adalah dengan secara aktif mendorong para pasangan untuk membangun keluarga.
Pemerintah Jepang juga mengupayakan pemberian insentif untuk memfasilitasi pengasuhan anak hingga ia sekolah. [Ln]