BERAGAM kisah tragis dan haru terjadi setelah gempa Turki dan Suriah pada Senin (06/02/2023). Seorang bayi yang baru lahir ditemukan selamat di bawah reruntuhan bangunan di desa Qatma, Suriah.
Dikabarikan bayi tersebut lahir saat gempa terjadi, sedangkan ibunya meninggal dunia sebelum petugas penyelamat menemukannya.
Adegan pilu ini terungkap hanya beberapa jam setelah organisasi relawan Suriah membagikan video yang menunjukkan seorang bayi ditemukan hidup-hidup dari puing-puing gempa.
Baca Juga: Korban Tewas Gempa Turki Suriah Tembus 15 Ribu
Haru! Bayi Baru Lahir Korban Gempa Suriah Ditemukan Selamat di Reruntuhan Puing Bangunan
The moment a child was born 👶 His mother was under the rubble of the earthquake in Aleppo, Syria, and she died after he was born , The earthquake.
May God give patience to the people of #Syria and #Turkey and have mercy on the victims of the #earthquake#الهزه_الارضيه #زلزال pic.twitter.com/eBFr6IoWaW— Talha Ch (@Talhaofficial01) February 6, 2023
Kematian di Suriah dan Turki akibat gempa besar berkekuatan Magnitudo 7,8 pada hari Senin terus bertambah menjadi lebih dari 16 ribu jiwa per Kamis (09/02/2023), dikutip dari CNN.
Pihak berwenang dan medis Turki melaporkan korban tewas di Turki sebanyak 12.873 jiwa. Sementara di Suriah tercatat sebanyak 3.162 jiwa.
Bencana tersebut terjadi di waktu fajar, saat masih banyak dari masyarakat Turki dan Suriah sedang terlelap.
WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan hingga saat ini tim penyelamat terus “berpacu dengan waktu” untuk menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di reruntuhan dalam kondisi beku.
Suriah, yang sudah mengalami krisis pengungsi setelah 12 tahun perang yang brutal, sedang menghadapi kesulitan khusus.
Daerah yang paling parah terkena dampak gempa terbagi antara wilayah yang dikuasai pemerintah, yang dikendalikan oleh Presiden Suriah Bashar al-Assad, dan wilayah yang dikuasai oposisi, yang berbatasan dengan Turki dan dikepung oleh pasukan pemerintah.
Pejabat senior dari Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa Turki memiliki kapasitas yang kuat untuk menanggapi kehancuran akibat gempa hari Senin, tetapi kebutuhan di Suriah lebih ekstrim.
“Di seluruh Suriah, kebutuhannya paling tinggi setelah hampir 12 tahun krisis yang berlarut-larut dan kompleks, sementara dana kemanusiaan terus menurun,” kata Adelheid Marschang, Petugas Darurat Senior WHO. [Ln]