MENJADI orang tua perlu kehadiran fisik, rasa dan perhatian untuk anak-anak. Jangan jadi orang tua durhaka yang sibuk dengan berbagai urusan, namun lupa pengasuhan adalah yang utama.
Ustaz Bendri Jaisyurrahman menulis renungan yang menohok untuk problem orang tau masa kini:
Hal yang indah ketika Allah memberi amanah kepada orang tua. Lahirnya anak sebagai pelipur lara. Dinanti sejak awal berumah tangga. Anak dinantikan hadirnya, namun saat terlahir banyak yang mengabaikannya demi mengejar obsesi dunia
Banyak pasangan berobat demi mendapatkan anak. Di sisi lain banyak pasangan setelah memiliki anak sibuk dengan mencari harta yang banyak.
Padahal anak bukanlah piaraan sebagaimana kucing anggora. Sekedar dikasih makan selesai begitu saja. Mereka punya jiwa yang harus disapa.
Baca Juga: 15 Tips Membangun Ikatan antara Orang tua dan Anak
Renungan: Jangan Jadi Orang Tua Durhaka!
Orang tua bersusah payah penuhi kebutuhan materi. Namun sering abai memenuhi kebutuhan hati dan ruhani. Jadilah mereka tumbuh tanpa harga diri.
Saat anak dirundung masalah sepulang sekolah, orang tua sering tak ada di rumah. Mereka mengadu kepada tetangga sebelah. Kita cemburu dan marah.
Saat anak unjuk prestasi. Berharap orang tua hadir dan memuji. Namun orang tua sibuk dengan segudang alibi. Mereka merasa yatim sejak dini.
Saat anak masih bayi orang tua rela begadang. Setelah tumbuh remaja komunikasi menjadi jarang. Sekedar tanya PR tak ada waktu berbincang.
Kita salahkan TV dan Gawai sebagai perusak. Namun tak mampu memberi hiburan anak walau sejenak. Malah bangga dianggap anak sebagai orang tua yang galak.
Anak mencoba datang ke mesjid. Saat bercanda malah dibentak dan dicubit. Hati mereka sakit. Bertekad jauhi masjid.
Anak lebih memilih aktif di sosmed. Merasa artis yang disambut di atas karpet. Habiskan waktu berjam-jam sampai awet. Orang tua makin mumet.
Saat anak bertanya tentang seks yang tabu. Orang tua menghardik dan menggerutu. Tak dijawab malah mengalihkan isu. Anak mencari jawab dari film biru.
Saat anak mulai jatuh cinta. Mereka butuh teman bercerita. Orang tua berada entah dimana. Mereka pun curhat lewat dunia maya.
Saat orang tua tak bisa menjadi kawan. Mereka pun memutuskan untuk pacaran. Demi bisa dapat perhatian sekaligus belaian yang diidamkan.
Orang tua hanya bisa marah. Sementara pacar bersikap ramah. Anak lebih membela pacar dibandingkan orang tua yang suka menampar.
Orang tua merasa sudah berjasa. Memberikan semua yang anak pinta. Padahal anak jarang disapa. Sudah lama tak bermain dan bercanda.
Saat anak dirasa menjauh orang tua menyesal. Hanya bisa marah-marah dan merasa gagal. Saat bayi dulu anak ditimang. Sudah besar berbincang jarang.
Andai waktu bisa berulang. Perbaiki kesalahan yang sudah melekang. Namun anak kadung menentang. Tinggallah orang tua merasa gamang.
Jika semua sudah terlanjur, maka evaluasi haruslah jujur. Tak perlu salahkan siapa-siapa. Semua pasti ada hikmahnya.
Meminta maaf bisa lembutkan jiwa. Teriring kalimat cinta. Dengan pasangan saling bekerjasama. Memulai tekad jalin kasih dalam keluarga.
Bersusah payah mengasuh anak di dunia tidaklah mengapa. Asal di akhirat bisa berkumpul bersama. Allah buatkan rumah di surga. Duh indahnya.
Jangan malu mencari ilmu. Sebab mengasuh anak memang perlu guru. Agar kita tak keliru. Berharap anak jadi pribadi bermutu.
Luangkan waktu ikut seminar pengasuhan. Praktekkan bersama pasangan. Anak bangga punya orang tua idaman. Selalu mendampingi saat dibutuhkan.
Saat orang tua telah tiada. Anak tak henti mengirim doa. Sebab cinta telah tertanam sedemikian rupa. Buah dari pengasuhan yang utama.
Kelak kita kan kumpul bersama di surga. Merajut kasih bersama anak cucu tercinta. Buah dari pengasuhan yang berkualitas selama di dunia.
Sibuk bekerja itu sah-sah saja. Tapi tanggung jawab sebagai orang tua tetap yang utama. Kelak ditagih di akhir masa.
Ingatkan pasangan jikalau lupa. Bahwa hidup bukan semata materi dan benda. Amanah Allah haruslah dijaga. Jangan sampai menyesal di masa tua. [Ln]