DALAM metode Barat, tujuan ilmu parenting difokuskan pada kesuksesan di dunia dengan berlimpah materi. Metode barat juga memisahkan urusan dunia -termasuk juga dalam hal ilmu parenting- dengan konsep Ketuhanan.
Mereka menuhankan akal untuk mangatur kehidupan termasuk dalam konsep pengasuhan anak. Mereka mengedepankan doktrin humanisme dan menolak wahyu Illahi.
Apa dampaknya? Hari ini di dunia barat terjadi kemerosotan moral yang sangat memprihatinkan. LGBT, seks bebas, aborsi, kumpul kebo, narkoba, pornografi sudah tidak terkendali pada generasi mudanya.
Jauh berbeda pendidikan parenting dengan metode Islam yang menitikberatkan pada keridhoan Illahi yang bertujuan hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
Lalu pertanyaannya adalah apakah tidak boleh menerapkan ilmu parenting barat dalam mendidik anak-anak kita? Jawabannya sangat boleh sekali, tetapi ada syaratnya, yaitu ilmu itu harus sejalan dengan konsep Islam.
Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto W. menjelaskan bahwa jika ilmu itu tidak sejalan, kita wajib meninggalkannya.
Bagaimanapun juga, yang merancang kehidupan dunia ini adalah Allah, yang membuat aturan dalam berkehidupan ini Allah, maka sudah selayaknya kita mengikuti aturan Allah dan menghindari apa yang Allah larang.
Aturan dari Allah itu untuk dipatuhi agar manusia selalu berada pada jalur yang benar dan agar manusia tidak tersesat.
Baca Juga: 7 Tips Parenting untuk Menjadikan Anak Soleh
Tujuan Ilmu Parenting dalam Islam
Dengan menjalankan aturan Allah, maka manusia akan selamat, mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Dalam metode Islam itu, Allah dengan tegas mengingatkan agar kita menjaga diri kita dan keluarga kita dari api neraka misalnya, dalam ayat ini,
“Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).
Allah juga menginginkan kita agar bisa masuk surga bersama keluarga.
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama orang-orang saleh dari bapak-bapaknya, istri-istrinya dan anak cucunya.” (QS. Ar-Ra‘du: 23).
Ayah, Bunda, kedua ayat ini adalah tujuan dari parenting yang kita lakukan untuk anak-anak kita.
Semua usaha pengasuhan yang kita lakukan bermuara pada kedua ayat itu, yakni membebaskan diri kita dan keluarga dari api neraka serta berjuang bersama keluarga agar bisa masuk surga bersama keluarga.
Maka dari itu, pengasuhan menurut Islam disandarkan untuk melaksanakan amanat dari kedua ayat tersebut.
Ayah, Bunda, memiliki ilmu parenting yang benar adalah tanggung jawab dari Ayah dan Bunda yang akan Ayah, Bunda pertanggung jawabkan kepada Allah.
“Masing-masing kalian adalah pemimpin, dan ia akan dimintai pertanggungjawaban tentang orang yang dipimpinnya.
Penguasa adalah pemimpin bagi manusia, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka.
Seorang laki-laki adalah pemimpin bagi keluarganya dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka.
Wanita adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anaknya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka.
Seorang budak adalah pemimpin terhadap harta tuannya, dan dia akan diminta pertanggungjawaban tentang harta yang diurusnya.
“Ingatlah, masing-masing kalian adalah pemimpin dan masing-masing kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mulai sekarang Ayah, Bunda, ayo kita tradisikan untuk senantiasa mencari ilmu parenting dengan rujukan utama bersumber pada Islam.
Metode lain yang banyak berasal dari barat sebagai pelengkap, jika sesuai kita ambil dan jika tidak sesuai kita tinggalkan.
Bagaimanapun juga konsep pengasuhan yang paling ideal adalah konsep Illahi bukan dari akal manusia.
Jika konsep Illahi berlawanan dengan konsep akal, kita harus sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami taat) kepada Allah Subhanahu wa taala.[ind]