SEKOLAH tanpa wanita bagaikan bunga tanpa warna. Sekolahan enggak ada kalau semua perempuan memilih di rumah saja.
Lalu, dengan dibukanya Girls Boarding School, aku wajib memberi motivasi dan masukan pada calon guru, yaitu para ustazah dan musyrifahnya.
Aku katakan, “Anak saya empat, masing-masing ada di 4 belahan dunia tapi alhamdulillah semuanya tidak ada yang dibiayai.”
Yang pertama, kerja dan head office-nya di Malaysia sekarang sudah tidak dibiayai lagi.
Anak kedua di Australia, alhamdulillah sekarang sudah kerja part time dan dapat beasiswa dan sekarang sudah tidak dibiayai lagi.
Paling minta uang tiket PP Jakarta-Perth saja setahun sekali kalau liburan itu juga hanya Rp3 juta naik air asia dengan tiket promo.
Anak ketiga, setelah ada pengakuan dari sekolah di JIBBS bahwa beliau sudah hafal 30 juz, lalu pekan depannya Allah kasih hadiah beasiswa SMU di boarding school terbaik di Istanbul.
Semua dibiayai negara Turki. Mulai dari sekolah, akomodasi, transportasi makan dan lain-lain. Lalu dapat uang saku pula dan tiket PP Jakarta-Istanbul setahun sekali. Buku semua juga gratis.
Yang keempat, di Indonesia ikut sekolah menghafal Alquran.
Ada iurannya untuk mempermudah saya yang super sibuk agar enggak lupa bayar maka saya bayar satu semester sekaligus, yaitu SPP dan uang makan siang.
Tapi seminggu kemudian, uangnya dikembalikan karena ada donatur atau muhsinin yang membiayai pendidikan dan lunch-nya anak saya dan beberapa temannya.
Jadi, saya tiap bulan tidak disibukkan dengan bayaran SPP anak-anak karena Allah kasih semuanya free. Empat anak tanpa pengeluaran biaya pendidikan.
Dan alhamdulilah mereka semua di sekoah terbaik di negara masing-masing.
Baca Juga: Penting Bagiku Meletakkanmu di Hatiku
Sekolah Tanpa Wanita Bagaikan Bunga Tanpa Warna
Saya cerita ini enggak bermaksud sombong. Saya sudah tua, mau sombong dan terkenal sudah lewat. Sudah tahu dampaknya. Nothing!
Enggak dapat apa-apa cuma dosa doang. Tapi saya ingin memberi motivasi pada banyak orang, muslimah-muslimah muda atau ibu-ibu punya anak, beramallah dan bersedekahlah.
Seberapa banyak? Sebanyak-banyaknya, tanpa berpikir, tanpa memilih. Berjuanglah untuk agama Allah. Inshaa Allah kebutuhan anak kita akan dipenuhi oleh-Nya.
Memang saya kehilangan prime time dengan anak saya karena seringkali maghrib-maghrib saya masih di luar rumah.
Ya rapat, ya mengurusi pesantren dan mengurusi anak orang tapi anak sendiri di rumah untuk muroja’ah dengan ustaznya. Saya mengurusi anak orang.
Kadang saya sedih ingin pulang tapi tanggung jawab mengikat kelu kaki saya. Saya lillah saja, pasrah dan kerjakan amalan kita sekuatnya tanpa memilih. Semua dikerjakan sungguh-sungguh.
Akhirnya, saya kemudian tersadar. Ketika orang-orang ribut harga naik, saya tidak merasakan dampaknya. Ternyata sudah Allah cukupkan semuanya.
Alhamdulillah. Karena semua sudah dibiayai, ada yang dibiayai sampai buku pelajaran anak-anak saja ada yang biayai.
Padahal gaji saya, alhamdulilah, lumayan banyak. Akhirnya, gaji saya ya saya kasih ke orang-orang buat bantuan SPP anaknya satpam, SPP anak tukang ojek, SPP anak tukang sampah, tukang sayur dan bantuan SPP untuk anak-anak puluhan guru, anak yatim Syria, Palestina dan anak-anak di Lombok serta Aceh.
Dan ternyata anak saya sekolah dan kuliah di luar negeri tapi saya dan suami enggak keluar apa-apa.
Jadi, bekerjalah, beramal dan bersedekahlah. Tanpa memilih. Tanpa terpaksa. Niscaya Allah yang cukupkan semuanya. Tidak ada kebahagiaan tanpa pengorbanan, bukan?
Hanya satu yang saya rindu. Rindu untuk sering-sering habiskan waktu maghrib dengan anak-anak di rumah.
Ibu yang sering kehilangan waktu maghrib dengan keluarganya tapi dengan anak 4 di berbagai negara tanpa biaya.
Ya, saya tak tahu saya bagus atau tidak tapi inilah sedikit motivasi saya untuk guru-guru akhwat yang akan jadi guru atau ustazah di boarding school putri JISc.
Kita mungkin akan kehilangan waktu dengan keluarga karena mengurus putra putri bangsa tapi Allah akan uruskan semua masalah anak-anak kita. Inshaa Allah.
Harus ada perempuan-perempuan yang rela berkorban untuk umat ini. Bukan hanya untuk keluarganya saja.
Sekolahan nggak ada kalau semua perempuan memilih di rumah saja. Tidak ada yang jadi guru, nggak ada yang jadi ustazah.
Yang ada hanya bapak-bapak semua. Dan kita nggak punya ibu guru lagi. Adanya pak guru, paman guru, om guru dan mungkin kakek guru. Sekolah tanpa wanita bagaikan bunga tanpa warna.
Rasulullah bersabda, “Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selama-lamanya.
Karena sungguh engkau suka menyambung silaturahim, menanggung kebutuhan orang yang lemah, menutup kebutuhan orang yang tidak punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau menolong setiap upaya menegakkan kebenaran.” (HR. Muttafaqun ‘alaih).
(Catatan Mam Fifi, Desember 2018)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder and Owner of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
opens ‘𝐍𝐄𝐖 𝐄𝐍𝐑𝐎𝐋𝐌𝐄𝐍𝐓 ‘𝐀𝐂𝐀𝐃𝐄𝐌𝐈𝐂 𝐘𝐄𝐀𝐑 𝟐𝟎𝟐𝟐-𝟐𝟎𝟐𝟑”
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: