MELAKUKAN deteksi dini kurang gizi pada remaja untuk mencegah stunting adalah salah satu upaya mencapai tujuan utama pemerintah Indonesia di tahun 2024 yaitu menghadarikan generasi emas.
Dalam Live Webinar Sosialisasi Deteksi, Pencegahan dan Penatalaksanaan Stunting yang diselenggarakan oleh BBKN, I Made Yudhistira, M. Psi, Direktur Bina Penggerakan Lini Lapangan mengatakan,
“Generasi emas ditandai dengan adanya Sumber Daya Manusia (SDM) unggul dengan ciri-ciri memiliki kecerdasan yang komprehensif baik dari produktiftasnya maupun inovasinya.
Juga memiliki jiwa dan fisik yang sehat terutama ketika berinteraksi dengan alamnya, damai dalam berinteraksi sosial, memiliki karakter yang kuat, dan peradaban yang ungul yang mampu bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.” (Senin, 10/10/2022)
Baca Juga: Mengenal Si IMUT yang Bantu Atasi Stunting
Cegah Stunting dengan Deteksi Dini Kurang Gizi pada Remaja
Ia melanjutkan bahwa untuk mencapai generasi emas ini memiliki tantangan yang cukup berat. Berdasarkan data dari Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 anak-anak dengan kondisi stunting masih mencapai 24,4 persen.
Selain stunting ada juga angka underweight yang mengalami peningkatan dari 16,3 persen di tahun 2019 menjadi 17 persen di tahun 2021.
Itu artinya masalah gizi masih menjadi tugas bersama yang perlu mendapat perhatian besar.
Pencegahan stunting pada remaja yang mendekati usia menikah (di atas 20 tahun) adalah sasaran paling strategis untuk mengupayakan kehamilan yang sehat hingga dapat mencegah terjadinya stunting pada anak.
Kehamilan yang sehat dimulai dari mempersiapkan remaja calon pengantin agar mendapatkan asupan gizi baik dan memiliki kesehatan reproduksi.
Dr. dr. S. A. Nugraheni, M.Kes, sebagai Tenaga Ahli Gizi TP2S (Tim Pencegahan Penurunan Stunting), mengatakan bahwa persiapan ini seharusnya dilakukan sejak mereka memasuki usia akil baligh.
Persiapan pada pihak perempun menjadi lebih utama karena merekalah yang akan mengandung, melahirkan dan menyusui. Di samping persiapan dari pihak laki-laki juga turut menjadi perhatian.
Ada setidaknya tiga hal untuk mencapai asupan gizi baik pada remaja, yaitu:
1. Memilih makanan sehat yang beragam.
Yaitu mengkonsumsi beragam makanan yang mengandung karbohidrat seperti nasi, roti, jagung, sagu dan lainnya.
Juga makanan yang mengandung protein dan lemak baik hewani, seperti daging sapi, kambing, ayam dan yang paling penting adalah ikan, maupun nabati, seperti tempe, tahun, bayam, brokoli dan lain-lain.
Serta mengonsumsi vitamin dan mineral.
2. Mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang sesuai dengan kebutuhan.
3. Mengonsumsi makanan yang aman tidak mengandung pemanis buatan, pengawet, pewarna maupun soda.
Ada dua cara untuk mengukur ada atau tidaknya Kekurangan Energi Kronis (KEK) pada remaja siap menikah yaitu menggunakan Pita Lila dan IMT (Indeks Masa Tubuh).
Pita lila adalah pita yang dibuat untuk mengukur lingkar lengan atas pada ibu hamil atau bayi untuk mengetahui status gizinya.
Sedangkan IMT adalah angka yang menjadi penilaian standar untuk menentukan apakah berat badan tergolong normal, kurang, berlebih, atau obesitas dengan melakukan perhitungan secara manual berat badan (kg) per tinggi badan (m)².
Melakukan deteksi dini kekurangan gizi pada remaja ini dapat mengurangi resiko terjadinya stunting. Keselamatan ibu dan bayi juga dapat tercapai dengan maksimal. [Ln]