DALAM ayat-ayat Al-Qur’an kita sering menjumpai bahwa Allah menyebut diri-Nya dengan kata ganti “Kami” atau dalam bahasa arab “Nahnu“. Ada alasan tersendiri atas hal ini.
Sebagai contoh pada ayat-ayat berikut:
وَلَقَدْ خَلَقْنَٰكُمْ ثُمَّ صَوَّرْنَٰكُمْ ثُمَّ قُلْنَا لِلْمَلَٰٓئِكَةِ ٱسْجُدُوا۟ لِءَادَمَ فَسَجَدُوٓا۟ إِلَّآ إِبْلِيسَ لَمْ يَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ
Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat:
“Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. (Al-A’raf ayat 11)
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr ayat 9)
Baca Juga: Asmaul Husna Al-Muhaimin, Allah Maha Mengawasi
Alasan Allah Menyebut Diri-Nya dengan Lafaz ‘Kami’
Dalam bahasa arab penyebutan diri dengan kata “Kami” bertujuan untuk pengagungan. Di dalam Al-Qur’an, Allah menyebutkan diri-Nya sendiri dengan tiga kata ganti, Aku (ana), Kami (Nahnu) dan Dia (Huwa).
Di dalam bahasa arab kata ganti dibedakan dalam tiga bentuk yaitu, tunggal disebut mufrad, ganda disebut mutsanna, dan jama’ (tiga atau lebih).
Berbeda dengan bahasa Indonesia yang hanya memiliki dua bentuk yaitu tunggal (untuk satu orang) dan jama’ (lebih dari satu)
Allah tidak pernah menyebut dirinya dengan sebutan mutsanna (bentuk ganda) karena sudah pasti menunjukkan jumlah tertentu.
Dan ini menjadi sesuatu yang mustahil karena Allah hanya satu tidak ada Tuhan selain-Nya yang patut disembah.
Jika ada sekelompok orang yang mengatakan bahwa lafaz “Kami” menunjukkan jumlah Allah yang banyak maka hal ini tentu bertentangan dengan firman-Nya dalah surah al-Ikhlas ayat 1:
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
Katakanlah: “Dialah Allah, Yang Maha Esa.
Juga pada surah Al-Baqarah ayat 163:
وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَٰحِدٌ ۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Dengan demikian penggunaan lafaz “Kami” adalah bentuk keagungan dan kebesaran zat Allah. Oleh karena itu pemahaman ini sangat tepat dikaitkan kepada Allah.
Selain itu, menurut Ibnu Taimiyyah dalam kitabnya Al-Aqidah At-Tadmuriyyah, penggunaan lafaz “Kami” untuk menunjukkan bahwa Allah memiliki Asmaul Husna (nama-nama baik) yang banyak, sifat-sifat terpuji yang banyak, perbuatan-perbuatan-Nya yang banyak, ilmu-ilmu-Nya yang banyak. [Ln]