ILMU sihir dan mistik yang masih marak hingga saat ini sejatinya berakar dari tradisi yahudi pada masa Fir’aun atau Mesir Kuno. Bangsa yahudi digambarkan sebagai pengikut setan dan mempelajari perdukunan.
Kisah Fir’aun yang terkenal adalah saat ia memanggil tukang sihir untuk melawan Nabi Musa. Fir’aun memang telah mempelajari sihir sejak lama. Ia bahkan membuat kelas-kelas khusus untuk mengajarkan sihir.
Dengan demikian, sihir pada masa itu digunakan dalam permohonan kepada para dewa oleh Fir’aun dan penyihir.
Kabbalah Yahudi, Induk dari Segala Ilmu Sihir dan Mistik
Tradisi mempelajari ilmu sihir oleh bangsa Yahudi ini terus berlanjut hingga masa Nabi Muhammad. Dalam buku Freemason dan Teosofi yang ditulis oleh Artawijaya, bangsa Yahudi mempelajari ilmu sihir yang tertulis rapih dalam sukhuf (catatan/kitab) mereka.
Sukhuf yang berisi pelajaran tentang ilmu sihir ini menjadi pedoman bangsa Yahudi dan dipakai hingga masa Nabi Muhammad.
Artawijaya penulis buku Freemason dan Teosofi menjelaskan kepada pihak Chanel Muslim, bahwa keyakinan Yahudi terhadap ilmu sihir ini terus berlanjut hingga melahirkan ajaran Kabbalah.
Kabbalah adalah tradisi oral atau lisan yang mengandung mistik, seperti mantra-mantra. Kabbalah juga mengajarkan bahwa pancaran cahaya Tuhan terdapat pada makhluk-makhluk-Nya.
Ini tidak jauh berbeda dengan paham yang dibawa oleh Syekh Siti Jenar, dalam doktrinnya “Manunggaling Kawula Gusti” yaitu menyatunya Tuhan dengan makhluk.
Merujuk di Indonesia, aliran-aliran kebatinan yang ada asalnya dari kabbalah yahudi. Penyebarannya masuk melalui organisasi Freemanson dan Theosofi.
Organisasi Freemanson dan Theosofi ini dibawa oleh para penjajah Belanda melalui perkumpulan dan rapat-rapat.
Baik Freemanson, Theosofi dan Kabbalah sama-sama menjadikan ilmu sihir dan mistisme sebagai pegangan dalam menjalankan organisasinya.
Theosofi adalah aliran kebatinan Yahudi yang mengembangkan ilmu-ilmu sihir, tenaga dalam, pemanggilan ruh untuk tujuan pemujaan terhadap Lucifer (setan)
Seorang aktivis theosofi kebanyakan juga aktif dalam organisasi Freemanson.
Sebagimana ajaran Kabbalah yang meyakini pancaran Tuhan kepada seluruh makhluk-Nya, Theosofi juga percaya bahwa apa yang ada di alam semesta adalah wujud Tuhan, termasuk manusia.
Doktrin Theosofi ini mengatakan bahwa Tuhan bersemayam dalam hati manusia, berada dalam setiap denyut jantung manusia, dan menyata dalam segala perbuatan manusia.
Jika paham ini sudah melekat di jiwa seorang Theosof maka ibadah cukup dengan perenungan, karena di dalamnya dirinya ada Tuhan dan syariat agama tidak lagi dibutuhkan.
Selain itu inti dari ajaran ini menjadikan manusia sebagai pusat kebenaran atau humanisme.
Inilah yang menjadikan Theosofi sangat mengakar pada ajaran Kabbalah Yahudi. Demikian pula Freemanson, walaupun organisasi ini lebih fokus pada politik kelompok Yahudi, namun untuk urusan spiritual mereka mengacu pada ajaran Theosofi.
Jika kita saksikan sihir dan perdukunan masih eksis hingga saat ini, tidak lain merupakan warisan dari ajaran Kabbalah yang dibawa oleh panjajah melalui dua organisasi tersebut.
Juga paduan dari ajaran sikretisme agama Hindu-Budha dan pemahaman Syekh Siti Jenar yang difasilitasi dalam bentuk lembaga oleh dua organisasi ini. [Ln]