SEBAGIAN masyarakat meyakini bulan Safar adalah bulan sial, bulan naas, tidak boleh bepergian, atau pun menggelar hajatan. Bagaimana penjelasan Ustaz mengenai hal ini?
Pengurus PP Al Irsyad Al Islamiyah Ustaz Farid Nu’man Hasan menjelaskan bahwa meyakini bulan Safar adalah bulan sial merupaan budaya jahiliyah dan sudah dibantah oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam:
نْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ إِنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم: قَالَ لَا عَدْوَى وَلَا صَفَرَ وَلَا هَامَةَ. رواه البخاري ومسلم.
“Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Tidak ada penyakit menular. Tidak ada kepercayaan datangnya malapetaka di bulan Safar. Tidak ada kepercayaan bahwa orang mati itu rohnya menjadi burung yang terbang.”
(HR. al-Bukhari dan Muslim).
Baca Juga: Bulan Muharram bukan Bulan Musibah dan Pembawa Sial
Bulan Safar bukan Bulan Sial, Ini Penjelasan Ustaz
Menurut al-Hafizh Ibn Rajab al-Hanbali, hadis ini merupakan respon Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam terhadap tradisi yang berkembang di masa Jahiliyah.
Ibnu Rajab menulis: “Maksud hadis di atas, orang-orang Jahiliyah meyakini datangnya sial pada bulan Shafar. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam membatalkan hal tersebut.
Pendapat ini disampaikan oleh Abu Dawud dari Muhammad bin Rasyid al-Makhuli dari orang yang mendengarnya. Barangkali pendapat ini yang paling benar.
Banyak orang awam yang meyakini datangnya sial pada bulan Safar, dan terkadang melarang bepergian pada bulan itu.
Meyakini datangnya sial pada bulan Shafar termasuk jenis thiyarah (meyakini pertanda buruk) yang dilarang.” (Lathaif al-Ma’arif, hlm. 148)
Hadis ini secara implisit juga menegaskan bahwa Bulan Safar sama seperti bulan-bulan lainnya. Bulan tidak memiliki kehendak sendiri. Ia berjalan sesuai dengan kehendak Allah Ta’ala.
Wallahu a’lam. Nah, Sahabat Muslim, semoga penjelasan Ustaz tadi menambah wawasan kamu tentang thiyarah dan hal sejenisnya. Yuk, sebarkan agar banyak orang tidak salah paham.[ind]