TINDAKAN keras terhadap kampus-kampus di AS gagal memadamkan solidaritas pro-Palestina.
Mahasiswa Universitas Columbia tampak semakin bertekad untuk memastikan sekolah mereka berhenti mendanai genosida.
Namun ketakutan terhadap apa yang akan terjadi selanjutnya masih tetap tinggi.
Maryam Alwan salah satu dari lebih dari 100 demonstran yang ditangkap oleh Departemen Kepolisian New York pekan lalu, atas perintah Universitas Columbia.
Dilansir dari TRT World, Alwan mengatakan dia tidak lagi memiliki akses ke gedung kampus karena sekolah melarangnya. Tapi dia tidak yakin ke mana lagi harus pergi.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
“Saya diskors karena saya ditangkap, tapi kemudian saya ditangkap karena masuk tanpa izin, yang berarti saya harus diskors sebelum saya ditangkap. Jadi mereka hanya mencoba menindak semua advokasi pro-Palestina. Dan sungguh memuakkan melihatnya,” ujar Alwan.
Columbia adalah sekolah elit yang menjadi pusat protes pelajar pro-Palestina di Amerika Serikat.
Setelah berbulan-bulan demonstrasi mengenai perang di Gaza, mahasiswa di sana mendirikan perkemahan untuk mendorong universitas tersebut agar melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel.
Baca juga: Ketegangan Berlanjut, Protes Penjajahan di Gaza Menyebar di Kampus-kampus AS
Tindakan Keras terhadap Kampus-kampus di AS Gagal Memadamkan Solidaritas Pro-Palestina
Namun pihak sekolah dengan cepat bergerak memanggil polisi untuk membubarkan protes tersebut.
Walaupun tindakan polisi ini memberikan dampak buruk pada sebagian siswa, sebagian siswa lainnya terdorong untuk meningkatkan partisipasi mereka.
Mereka terus mendorong sekolah untuk melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang mempunyai hubungan dengan Israel.
Perkemahan Solidaritas Gaza kedua yang lebih besar kini berdiri di halaman Kolombia.
Kelompok ini memiliki lima tuntutan.
1. Pengungkapan penuh atas investasi Kolombia.
2. Divestasi penuh dari perusahaan mana pun yang mengambil keuntungan dari pendudukan Israel dan apartheid.
3. Membatalkan kemitraan dengan Tel Aviv Global Center for Tech.
4. Membatalkan program gelar ganda dengan Universitas Tel Aviv.
5. Amnesti penuh bagi semua mahasiswa yang ditangkap atau diskors dalam beberapa bulan terakhir.
Universitas telah menyatakan bersedia untuk bernegosiasi dengan mahasiswa, namun belum ada kemajuan yang dicapai mengenai tuntutan ini.[Sdz]