METODE menyatukan kaum muslimin salah satunya adalah dengan kembali kepada perkara yang menyatukan semua, yaitu perkara Laa Ilaa ha Ilallah.
Baca Juga: Pertempuran Besar Kaum Muslimin dan Romawi Timur pada Masa Abu Bakar (1)
Metode Menyatukan Kaum Muslimin
Asy-Syeikh Al-Allàmah Shalih Al-Fauzan -حفظه اللە- berkata:
《 فإذا كنا نريد وحدة الكلمة ،وإجتماع الكلمة فلنرجع إلى الأصل ،الذي وحد بين العرب والعجم ،
وبين الأحرار والعبيد ،وبين مختلف أجناس البشر ،
نرجع إلى هذا الذي وحدهم ،وهو مضمون : لاإله إلا الله ،قولاً ، وعملاً ، واعتقاداً .
هذه النصيحة لله سبحانه وتعالى ،
فلا يمكن أن يجتمع ، مشرك مع موحد ،
ولا جهمي ينفي الأسماء والصفات ،مع من يثبتها ،
ولاشيعي يلعن الصحابة ويعبد أهل البيت ،مع من يحب الصحابة ويثني عليهم ،ولايعبد إلا الله وحده،
ولا يجتمع صوفي أو قبوري ،يعبد الله بالخرافات ، وعبادة الأموات ،مع من يعبد الله على سنة الرسول ،
ولاحزبي مخالف لمنهج السلف وأهل السنة والجماعة ،في لزوم السمع والطاعة لولي الأمر بالمعروف والانضمام إلى جماعة المسلمين ،مع من يلتزم بتلك الأحكام الشرعية 》.
|[ النصيحة وأثرها على وحدة الكلمة،بين المسلمين – الصفحة (١٣/١٢) ]|._
(Apabila kita ingin menyatukan kata dan bersatu sekata (antara umat Islam), maka hendaknya kita kembali ke asalnya dahulu yang bisa menyatukan antara Arab dan Non Arab, antara orang-orang merdeka dan budak, antara berbagai jenis manusia.
Kita hendaknya kembali kepada perkara yang menyatukan mereka semua, yaitu perkara itu terkandung kalimat “Là ilaha illallah” yang diimplementasikan secara ucapan, amalan dan i’tiqad (keyakinan).
Ini adalah nasihat ikhlas karena Allah subhànahu wa ta’àlà.
Maka tidak mungkin bersatu antara orang musyrik dengan orang muwahid (ahli tauhid),
Tidak pula bersatu antara Jahmiyyah yang menafikan nama-nama dan sifat-sifat Allah dengan orang-orang yang menetapkannya,
Tidak pula bersatu antara Syiah yang melaknat sahabat Nabi dan beribadah kepada ahli bait dengan orang-orang yang mencintai sahabat, memuji mereka dan tidak beribadah kecuali kepada Allah Ta’ala saja (sunni).
Dan tidak pula bersatu antara kaum Shufì atau Quburi (penyembah kubur) yang beribadah dengan khurafat dan beribadah kepada orang-orang yang mati bersama dengan orang yang beribadah kepada Allah sesuai sunnah Rasul shallallahu alaihi wassalam.
Dan tidak pula bersatu antara hizbi yang menyelisihi manhaj salaf dan ahli sunnah wal jamaah dalam mendengar dan taat kepada pemimpin dalam perkara yang ma’ruf dan bergabung dengan jamaah kaum muslimin, bersama dengan orang yang komitmen dengan hukum-hukum syariat.
An-Nashihah Wa Atsaruhà ‘Alà Wahdati Al-Kalimah Baina Al-Muslimin hlm. 12/13.
[Cms]
Ustaz Agus Santoso, Lc., M.P.I .
https://t.me/bimbingansyariah