SEBAGAI orang tua, tentunya kita ingin mempunyai pola pengasuhan yang sehat. Gaya pengasuhan tertentu dapat mendorong sikap positif terhadap pendidikan atau efikasi diri akademik yang lebih tinggi sehingga akan memengaruhi niat untuk memperoleh kebaikan nilai dan selanjutnya berdampak pada hasil akademik.
Baca Juga: 5 Cara Disiplin Positif dalam Pengasuhan Anak
Pola Pengasuhan yang Sehat dalam Keluarga Menurut Psikolog UGM
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dapat membantu mendorong pengembangan kompetensi psikososial yang sehat yang pada gilirannya mempengaruhi prestasi sekolah.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui pola pengasuhan yang sehat dalam keluarga.
Dr. Diana Setiyawati, M.Hsc.Psy., Psikolog/ Kepala Center for Public Mental Health (CPMH) Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada dalam Kuliah Online yang bertemakan “Pengasuhan Konvensional di Zaman Sekarang” memaparkan bahwa pada umumnya pola pengasuhan terdapat empat macam.
Pertama, gaya pengasuhan otoriter mempunyai aturan dan harapan yang kaku, menegakkan dengan ketat, cenderung mengekang, dan overprotective.
Perilaku anak yang terlihat dari gaya pengasuhan ini adalah mudah terlibat konflik, mudah tersinggung, rentan terhadap stres, emosi tidak stabil, dan sulit mengambil keputusan.
Kedua, gaya pengasuhan permisif mempunyai aturan atau harapan tidak jelas, tidak konsisten dalam menerapkan disiplin atau memberikan umpan balik, membiarkan preferensi anak, dan jarang memaksa anak untuk sesuai dengan standar orangtua.
Perilaku anak yang terlihat dengan gaya pengasuhan ini adalah impulsif-agresif, memberontak, mendominasi, dan kurang berpestrasi.
Selanjutnya adalah gaya pengasuhan penolakan (Rejecting Style) yang mempunyai aturan dan harapan yang kaku, tidak perhatian terhadap kebutuhan anak, dan jarang memiliki harapan terhadap anak.
Perilaku anak yang terlihat adalah tidak dewasa atau kekanak-kanakan dan memiliki masalah psikologis.
Gaya pengasuhan yang keempat adalah tidak terlibat (Univolved Style). Pola ini mempunyai gaya pengasuhan dengan aturan dan harapan yang tidak jelas, mengabaikan, membiarkan anak selama tidak mengganggu orang tua.
Perilaku anak yang terlihat adalah menarik diri, soliter atau menyendiri, dan kurang berprestasi.
Terakhir adalah gaya pengasuhan Authoritative Style yang mempunyai aturan dan harapan yang jelas, ada kedekatan dan kontrol, bersikap terbuka pada anak, dan memberikan umpan balik.
Perilaku anak yang terlihat adalah mandiri, ceria, mampu mengelola stres, dan berprestasi.
“Dua hal penting terkait pengasuhan adalah adanya dukungan (kedekatan) dan kontrol (fleksibilitas).
Gaya pengasuhan authoritative adalah yang ideal. Tentu saja karakter anak yang mandiri, ceria, mampu mengelola stres dan berprestasi adalah yang kita inginkan,” papar Diana pada Jumat, (29/7).
Diana menyampaikan bahwa keluarga yang menerapkan gaya pengasuhan yang sehat mempunyai kesehatan mental yang lebih baik dan dapat menjaga hubungan yang positif dengan orang lain serta memiliki tujuan dalam hidup.
Pola pengasuhan yang baik juga ditemukan dengan nutrisi anak yang baik dan terjamin, mengembangkan kendali diri yang tinggi pada anak, dan mencegah perkembangan perilaku anti sosial.
“Pengasuhan yang sehat kuncinya adalah ayah dan bundanya kompak, yang pada akhirnya bermuara pada ketangguhan keluarga,” ujarnya.
[Cms]
Sumber: ugm.ac.id