BERAGAM cerita di balik karya para penulis. Latar belakang keluarga, keresahan atas situasi, hingga kesenangan tersendiri saat menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan menjadi motivasi para penulis.
Seperti yang diungkapkan penulis buku-buku sejarah dan peradaan Islam, Wisnu Tanggap Prabowo, ia dulu mengaku senang membaca kolom opini dan editorial dalam surat kabar hingga memotivasinya untuk menulis.
Dalam sesi Jumpa Penulis Pustaka Al-Kautsar pada ajang Islamic Book Fair 2022, ia bercerita bahwa ketertarikannya dengan sejarah karena sejak kecil telah dekat dengan kisah-kisah sejarah yang diceritakan oleh kakeknya yang seorang veteran. (Ahad, 07/08/2022)
Baca Juga: Penulis Buku Fiqih Islam, Sulaiman Rasjid Dianugerahi Lifetime Achievement Islamic Book Fair 2022
Cerita di Balik Karya Para Penulis Pustaka Al-Kautsar
Ia juga mengamati pelajaran sejarah di sekolah yang cenderung membosankan dan hanya menitikberatkan pada tahun hingga konflik kejadian, walaupun penting namun tidak substansial.
Lebih dari itu, alasan atau penyebab dari terjadinya peristiwa sejarah harus bisa dipahami dengan baik supaya dapat dijadikan pelajaran.
Berbeda dengan Handri Satria, seorang komikus pahlawan-pahlawan Islam, ia mulai termotivasi menulis setelah ia menonton film tentang ksatria Islam berjudul The 13th Warrior yang diangkat dari sebuah novel berjudul Eaters of The Dead ditulis oleh orang non-muslim bernama Michael Crichton.
Film tersebut berkisah tentang ksatria Islam yang bekerjasama dengan bangsa Viking.
Dari sanalah Hendri termotivasi menulis karya yang menarik berupa komik dengan tema-tema sejarah dan pahlawan Islam, agar ada dari kalangan umat Islam sendiri yang menuliskan sejarah peradabannya.
Dalam menulis komik bertema sejarah dan pahlawan ini Handri menghabiskan waktu riset dari 5 bulan sampai 2 tahun.
Walaupun penulisan komik ini bertujuan untuk memudahkan pembaca memahami sejarah namun ada batasan-batasan penulisan komik dengan tema tersebut yang tidak boleh melanggar sejarah, seperti Muhammad Al-Fatih meninggal diracuni.
Juga adegan-adegan dialog dan pertarungan yang tidak ada dalam sejarah boleh ditambahkan asalkan tidak merusak sejarah, seperti adegan pertarungan Raja Hungaria bernama Ladislaus dan Sultan Murad.
Dalam naskah-naskah sejarah hanya dikisahkan bahwa Ladislaus mati dipenggal oleh sultan murad, namun detail pertarungannya tidak dituliskan.
Penulis buku-buku parenting, Muhamad Yasir, tidak pernah terbesit di kepalanya untuk menjadi penulis. Namun ia menyadari bahwa menjadi penulis adalah kerja mulia, apalagi untuk tujuan yang kebaikan dan perubahan.
Baginya, buku-buku adalah anak kandung penulisnya, mereka akan lahir pada waktunya.
Seperti, Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menulis buku Badzlul Ma’un fi Fadzlith Tha’un yang telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia berjudul Kitab Wabah dan Taun dalam Islam.
Ia menulis buku tersebut setelah kehilangan tiga anaknya saat wabah di Mesir.
Demikian pula Syakib Arslan, menulis buku dengan terjemahan berjudul ‘Mengapa Umat Islam Mundur?’
Buku tersebut lahir karena sebuah pertanyaan orang Indonesia dari sambas “Kenapa Umat Islam Mundur, sedangkan Barat maju?”. Pertanyaan ini sampai kepada Syakib Arsalan hingga terbitlah buku tersebut.
Demikianlah sekelumit kisah dan motivasi yang melatarbelakangi para penulis untuk produktif menulis buku. [Ln]