TIDAK mudah menjadi pembicara. Ini adalah debut pertamaku menjadi pembicara di depan umum. Setelah beberapa tahun aku menolak undangan sana-sini.
Paling kasihan yaitu ketika menolak undangan di Bandung dan Medan.
“Mohon maaf dan kapan-kapan deh.”
Sebetulnya aku sibuk sekali. Apalagi tidak mudah menjadi pembicara. Bukannya tidak bisa bicara tapi kalau kebanyakan bicara hingga salah menyusun kata nanti justru membuat susah. Takutnya malah masuk penjara.
Nanti menjadi viral dan dunia mengutuk kita karena salah bicara. Duh apalagi pembicara yang kemudian terjun ke politik dicari-cari deh kesalahannya.
Atau penceramah yang lagi naik daun dan ingin disingkirkan, salah sedikit dihujat beramai-ramai ditambah pakai hadis-hadis.
Apalagi aku yang bukan dari latar belakang syar’i. Aku diminta ceramah. Aku dipanggil ustazah.
Lalu, ketika suatu saat membaca doa pembuka, eh mic-nya mati. Ada protes, “Kok acara sebesar ini enggak ada doa pembuka.”
Ada yang meminta sharing pendidikan, aku sih mau saja. Mengingat di otakku berkumpul banyak ide dan protes mengenai pendidikan zaman sekarang yang membuat susah anak dan keluarga lahir batin.
Meskipun aku juga khawatir diserang. Lain teori lain kenyataan. Mengingat juga anak-anakku masih dalam proses menuju insan yang sempurna di mata Rabb-nya.
Khawatir dunia menghujat dan bumi melaknat serta bulan gemintang terperanjat.
Ya, semua kendala ini membuatku menjadi illfeel gitu. Apa sih yang dicari? Uang? Bukan.
Ya pengalaman sih menjadi pembicara atau penceramah, pulang dibekalin duit, kadang plus makanan dan buah-buahan.
Lalu banyak yang minta foto dan salam-salaman. Actually it was really exiciting!
Dan sebetulnya, itu semua “Bukan gue!”
Baca Juga: Penting Bagiku Meletakkanmu di Hatiku
Tidak Mudah Menjadi Pembicara
Tapi mau menolak tidak bisa. Lalu uangnya dikemanakan? Terus terang, aku feeling guilty kalau menerima uang.
Apalagi kalau topiknya tentang surga neraka. Jadi bingung. Biasanya aku izin pada audience untuk sumbangkan langsung ke Syria atau Palestina atas nama jemaah tersebut.
Meskipun aku juga tidak bisa menafikan. Ada juga penceramah yang waktunya terpakai untuk ceramah jadi ada kompensasi menebus waktu yang hilang.
Mungkin asalkan tidak dipatok ya. Wallahu’alam deh, aku tidak mau banyak berdebat soal itu.
Sekali lagi, jadi pembicara tuh beda dengan penulis. Kalau pembicara harus hati-hati memilih kata.
Bagiku yang ceplas-ceplos itu adalah siksaan dan akan menjemukan batinku karena tidak bisa mengalir begitu saja. Ada sekat alur bicara yang tertahan.
Kalau penulis, bila ada yang salah langsung diedit. Apalagi nulis di media yang mengedit semeja. Ya gitu lah. Aku tidak mau terjun ke politik.
Aku juga tidak akan menjadi saingan siapa-siapa. Walaupun dua kali aku diminta paksa untuk menjadi Anggota Dewan. Ah… itu bukan bidangku.
Ingat ya, aku tidak mau terjun ke politik. So, apabila ada kata-kata yang salah, jangan diterjemahkan panjang lebar dan jangan diviralkan.
“Kullu bani Adam khoto. Setiap keturunan Adam pasti bersalah.”
Aku tidak pernah menerima undangan jadi pembicara selama 5 tahun belakangan ini. Sekalinya buka keran sebulan langsung 3 sekaligus.
Judulnya sama semua tapi kontennya saja yang berbeda. Doakan lancar ya teman-teman. Semoga mendatangkan lebih banyak manfaat daripada mudharat. Aamiin…
“Mau ngundang aku?” Ini adalah pertanyaan nekat. Silakan hubungi Mbak Dian Utami (JISc) dan Waode Hatty Nurany (Wapemred ChanelMuslim.com).
Aku tidak mau dibayar nanti pahalaku terbayar sebelum amalanku sampai ke langit pertama. Doakan saja anak-anakku agar menjadi seperti yang aku impikan.
Aku tidak mau juga dikasih makanan karena aku lagi diet. Belum sukses. Air putih dan kue-kue, semua aku bawa sendiri.
Audience duduk manis saja, mendengarkan. Namun kalau ada kata yang salah. Mohon jangan diviralkan. Kasihan anak cucuku kelak.
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)
(Catatan Mam Fifi, Agustus 2018)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D.
Jakarta Islamic School (JISc)
Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS)
Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: