PENERBIT Erlangga bekerja sama dengan Direktorat Jenderal (Dirjen) Pendidikan Islam Kementerian Agama meluncurkan dua buku bertema Madrasah Melek Digital. Peluncuran dilakukan Kamis, (4/8/2022) malam, di Panggung Utama Islamic Book Fair 2022, Jakarta Convention Center (JCC)
Baca Juga: Erlangga Grup Dukung Pengembangan Covid-19
Bekerja sama dengan Dirjen Pendidikan Islam, Penerbit Erlangga Luncurkan Dua Buku tentang Madrasah Melek Digital
Dalam peluncuran tersebut, diadakan juga talkshow bertajuk “Kecakapan Berpikir Komputasional Menyongsong Madrasah Melek Digital”
Dua judul buku yang diluncurkan adalah Panduan Literasi Digital bagi Guru Madrasah dan Panduan Berpikir Komputasional bagi Guru Madrasah.
Acara peluncuran buku dan talkshow dihadiri oleh Wakil Menteri Agama RI Dr. H. Zainut Tauhid Sa’adi, M.Si. sebagai pembicara kunci. Adapun panelis adalah Dirjen Pendis Kemenag RI Prof. Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., M.T. dan Rahmat Hidayatullah, M.A. yang juga penulis kedua buku tersebut. Acara talkshow dimoderatori oleh Galuh Ayu Amalia, S.S.I., seorang public speaker.
Peluncuran dua buku Emir (Erlangga Group) ini adalah bagian dari rangkaian acara Islamic Book Fair 2022 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center (JCC) mulai 3-7 Agustus 2022.
Irving William P.W. Manajer Marketing Nasional Penerbit Erlangga mengatakan kedua buku tersebut diluncurkan dalam rangka ikut menyukseskan program literasi digital.
“Penting sekali untuk berpikir komputasional bagi seluruh tenaga pendidik, khususnya para guru di lingkungan madrasah yang tengah digalakkan oleh Kementerian Agama RI dan menjadi salah satu program prioritas kementerian ini.”
Buku Panduan Literasi Digital bagi Guru Madrasah adalah buku panduan dalam pengeterapan literasi digital untuk kegiatan pembelajaran di lingkungan madrasah secara khusus, dan lingkungan sekolah pada umumnya.
Buku ini berusaha menjawab secara komprehensif apa yang dimaksud dengan literasi digital secara umum dan apa relevansinya bagi dunia pendidikan dan pembelajaran, khususnya di lingkungan madrasah. Buku ini dimaksudkan sebagai bekal para guru dan pendidik di lingkungan madrasah, dan sekolah pada umumnya kepada para siswa/santri dalam menyongsong digitalisasi segala aspek kehidupan di masa depan.
Sementara itu, buku Panduan Berpikir Komputasional bagi Guru Madrasah memuat perkenalan konsep dasar Computational Thinking (CT) bagi guru madrasah agar mereka mampu mengintegrasikan pemikiran komputasional dalam aktivitas pedagogis sehari-hari. Buku ini akan memandu setiap pendidik untuk memiliki pemahaman yang tepat tentang semua hal yang berkaitan dengan Computational Thinking (CT).
Buku Panduan Berpikir Komputasional bagi Guru Madrasah dilengkapi contoh-contoh ilustrasi yang didasarkan pada konsep komputasional sehari-hari yang berasal dari pelbagai domain. Pada akhir setiap bab dalam buku ini disajikan pula latihan untuk menguji pengetahuan dan kemampuan setiap pendidik. Selain itu, dilampirkan pula beberapa contoh soal dan lembar kerja siswa, serta lembar pedoman untuk guru.
Penerbit Erlangga sendiri sudah berdiri sejak 30 April 1952. Beberapa perusahaan penerbitan yang berada dalam naungan Erlangga Group adalah Emir, Erlangga for Kids, Esensi, Esis, Phibeta, dan Erlangga Online.
Penerbit Erlangga telah lama berfokus untuk menerbitkan buku-buku sekolah. Sebagai penerbit buku sekolah, Penerbit Erlangga menduduki posisi mapan di ranah penerbitan Indonesia dan produk-produknya menjadi buku pegangan insan pendidik mulai tingkat Taman Kanak-Kanak sampai universitas, bahkan kalangan pemerintah.
Penerbit ini berkali-kali meraih penghargaan prestisius Top Brand for Teens sejak tahun 2013 untuk kategori “Buku Pendidikan”. Penerbit Erlangga juga meraih penghargaan prestisius Top Brand Gen-Z 2021. Berbekal prestasi ini, Penerbit Erlangga tak ragu untuk mengusung semboyan “Penerbit Buku Pendidikan Terbaik Di Indonesia”.
Selain itu, Erlangga juga berusaha menyediakan bahan-bahan literasi untuk insan pendidikan di lingkungan madrasah yang berada di bawah naungan Kementerian Agama RI. Erlangga Group menyadari bahwa pendidikan madrasah bukanlah lembaga pendidikan alternatif, justru sebagai tulang punggung pendidikan di Indonesia. [Cms]