MUHIDIN Saimin (48), merupakan salah satu instruktur di Rumah Gemilang Indonesia (RGI) jurusan Teknik Komputer Jaringan (TKJ) Kampus Sawangan, Depok yang telah menjalani masa pengabdian selama 13 tahun.
Ayah dari 4 orang anak ini, memiliki dedikasi yang tinggi untuk terus mendampingi pemuda dari kalangan kurang mampu agar dapat meraih cita-cita dan kesuksesan di masa depan.
Menjadi instruktur RGI bukan hal yang mudah untuk dijalani, perlu kebesaran dan kesabaran bagi Muhidin selama mengajar di RGI.
Kiprahnya dimulai dari informasi yang didapatkan dari Komunitas Pengguna Linux Indonesia (KPLI). Saat itu ada kabar bahwa RGI akan membuka kelas baru yaitu jurusan TKJ.
Dirintis bersama oleh 4 orang penggagas akhirnya kelas TKJ mulai dibuka pada Bulan September 2009 yang saat itu RGI sudah masuk angkatan ke-2. Menurut Muhidin saat itu juga ia sedang menjadi pengajar di SMA Plus PGRI Cibinong.
Menjadi Instruktur RGI, Muhidin Cetak Ribuan Pemuda Mandiri
“Saya menemukan peserta didik dari berbagai macam daerah, ada yang ngomong bahasa Indonesia aja masih kaku dan ada yang awal bergabung di kelas TKJ sendiri dia belum paham sama sekali,” ujarnya.
“Karena di RGI sendiri tidak memperhatikan latar belakang pendidikan dari masing-masing santri, bahkan ada yang hanya lulusan SD, semua jadi tantangan menarik buat saya,” jelasnya.
Muhidin memiliki kiat-kiat yang menarik selama menjalankan pengabdiannya, menjadi instruktur RGI yaitu dengan menjadi pribadi yang lebih banyak mendengar daripada hanya sekadar berbicara.
Jadi, dari hal tersebut ia akan terus memahami kondisi dari masing-masing anak, bagaimana kebutuhannya, bagaimana keinginannya, di sisi mana kelebihannya, sehingga kegiatan belajar pun akan lebih menyenangkan dan akan terbentuk kurikulum berbeda dari masing-masing santri.
“Saya tidak memaksakan mereka kepada target kapan mereka harus selesai, atau mereka harus hebat di materi saya. Tapi saya lihat mereka memiliki potensinya di bidang apa nih, konsep dasarnya mereka nyaman di bagian apa nih,” katanya.
Muhidin menerapkan Metode Belajar Ala ‘Tutor Sebaya’. Tutor Sebaya (peer teaching) adalah metode belajar yang berarti santri mengajar santri lainnya atau yang berperan sebagai pengajar (instruktur) adalah santri.
Bagi santri yang sudah menguasai materi tertentu dia dapat mengajarkan kembali kepada rekan-rekannya yang belum paham.
Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk terus menumbuhkan rasa percaya diri kepada santrinya dan juga memberi dukungan untuk mereka yang belum paham sampai mereka mengerti. Menurutnya model pembelajaran ini menjadi lebih efektif untuk diterapkan bagi santri RGI.
Proses pembelajaran seperti ini dinilai akan membentuk santri menjadi lebih mandiri dan melatih satri untuk berani bertanya.
Dengan Tutor Sebaya para santri akan mendapatkan rasa nyaman karena bagaimanapun hubungan antarteman terasa lebih dekat dibandingkan dengan instruktur.
Namun, kegiatan pembelajaran tersebut tetap diawasi dan didampingi instruktur.
Berbagai Mata Diklat Dasar Keahlian (MDDK) diberikan kepada santri RGI tentang hardware, software, dan jaringan komputer. Sedangkan Muhidin memberikan materi untuk santri kelas TKJ yakni tentang server dan web development.
Hal yang menjadi nilai plus dari sistem diklat di RGI, menurut Muhidin menerapkan pendidikan berbasis pesantren, dimana para para instruktur tidak hanya memberikan keahlian di satu bidang tapi juga membentuk akhlak yang baik.
“Konsep dasar pembelajaran itu sejatinya berangkat dari adab dulu sebelum ilmu, InsyaAllah ketika seseorang memiliki adab yang bagus, proses belajarnya juga pasti lancar dan terasa nyaman,” katanya.
Rasa lelah Muhidin hilang dan semangatnya akan bertambah saat para alumni dapat bekerja di berbagai perusahaan atau mampu membuka usaha sendiri.
Baca juga LAZ Al Azhar, Zona Bahagia Kurban
Belasan tahun menjadi instruktur, Muhidin telah berhasil mencetak ribuan santri RGI dengan memiliki keahlian di bidang jaringan komputer hardware maupun software.
“Alhamdulillah, para alumni sudah banyak yang kemampuannya melewati instruktur. Beberapa alumni sudah menjadi engineer, salah satunya bekerja di PT Anabatic Technologies yaitu perusahaan pembuat aplikasi e-money,” ungkapnya.
“Ada juga yang sudah memegang server khusus, menjadi programmer, jadi pengajar, tim it support di beberapa perusahaan, bahkan yang dari Bangka Belitung saat ini memiliki usaha service sendiri,” jelasnya.
Disamping kesibukannya menjadi instruktur RGI, Muhidin pun aktif mengisi berbagai kegiatan sebagai narasumber bersama tim ahli Kemendikbud, Kementerian Kesehatan, dan kegiatan lainnya.
“Semoga untuk generasi produktif dan santri RGI di masa depan jangan pernah putus asa, teruslah memiliki mimpi dan keinginan sukses sampai bisa mandiri. Tetap bersemangat untuk mewujudkannya,” harapnya.