Chanelmuslim – Meluruskan kesimpangsiuran pertemuan GNPF dengan Presiden Joko Widodo di Istana pada Minggu (25/6), Pimpinan GNPF MUI, Bachtiar Nasir, menyampaikan klarifikasi. Ia menjelaskan, pertemuan dengan presiden bukan permintaan dari GNPF tetapi karena kedua belah pihak ada keinginan bertemu.
“Bukan meminta, tetapi menggagas pertemuan. Sebenarnya, kami ingin bertemu Presiden sejak 411, lalu Aksi 212. Namun, saat itu Presiden hanya mengirimkan salam. Selanjutnya lewat Kapolri, kemudian dengan izin Allah kita difasilitasi oleh Menkopolhukam. Di rumah beliau, Kita berhasil menyalurkan aspirasi,” tutur pria kelahiran Bone ini di Jakarta, Selasa (27/6).
Ia menambahkan, gagasan pertemuan itu terus dilakukan seperti bertemu dengan Wakil Presiden Yusuf Kalla,
“Sebelum ini kita bertemu dengan Pak JK tiga kali, sebelum Ramadhan, hingga di awal Ramadhan. Lalu terjadilah momen bertemu dengan Menteri Agama,” ungkap Bachtiar Nasir.
Dalam pertemuan dengan Presiden, Bachtiar bercerita, Ia dan tim GNPF diterima di ruang khusus, tidak ada tamu lain.
“Kita diterima di ruang khusus tidak ada tamu lain. Di ruang oval, meja rapat di mana Presiden sering menerima tamu. Di sana kami bertujuh, Yusuf Marta, saya, dan lainnya,” tutur pimpinan AQL Center ini.
Sayangnya, saat terjadi pertemuan tersebut, Ustad Bachtiar mengatakan ada wartawan dari istana yang memaksa masuk.
“Saat itu, ada wartawan istana masuk, namun kami tidak melakukan konferensi pers. Akhirnya berita jadi berkembang seperti sekarang. Sehingga, kami perlu melakukan konferensi pers hasil pertemuan kemarin,” tutur Bachtiar.
Ustad Bachtiar menjelaskan, dalam pertemuan dengan Presiden tidak ada pembicaraan khusus. Hal yang disampaikan apa yang terjadi di masyarakat, seperti kesan umat Islam melakukan kesalahan langsung ditangkap, berbeda dengan umat lain.
“Kami menyadari Pak Presiden tidak merasa adanya kriminalisasi agama, intoleran dan lain-lain. Kami datang karena faktanya ada. Bagi kami, Presiden adalah simbol negara oleh karena itu kami harus bertemu beliau. Kami menyampaikan apa yang di masyarakat terutama semata-mata terhadap umat Islam, yang intoleran, anti pancasila, kesan ketika umat Islam melakukan kesalahan langsung tangkap. Secara garis besar itu kontennya, kami tidak berbicara teknis,” tegas pria lulusan Madinah ini.
Dengan pertemuan itu, lanjut Ustad Bachtiar Nasir, menunjukkan Presiden ingin berdialog, karena menurut Presiden hanya ulama yang berani menasehati pemerintah.
“Dan ini menunjukkan bahwa Presiden ingin berdialog, karena yang berani menasehati saya itu ulama. Saya perlu nasehat ulama,” tutur Bachtiar Nasir menirukan ucapan Presiden.
Ia juga menambahkan, Presiden sempat berandai-andai, “Seandainya terjadi dialog saat aksi 411, mungkin tidak ada 212, tidak ada peristiwa yang menghebohkan,” tutup Bachtiar Nasir. (Mh/ilham)