CINTA memang punya arti luas. Seperti, cinta Allah pada hambaNya, cinta Rasul pada umatnya, dan cinta ayah ibu pada putra-putrinya. Tapi, ada juga semerbak cinta khusus: suami istri di pengantin baru.
Semua suami istri pasti pernah melalui masa pengantin baru. Sebuah masa di mana segalanya serba surprise, curious, dan exciting. Penuh kejutan, penasaran, dan mengasyikkan.
Bisa dibilang, inilah momen yang sulit dilupakan. Kenangannya begitu kuat meski yang disebut cucu sudah bermunculan.
Pertanyaannya, mungkinkah masa indah pengantin baru bisa terulang? Jangan dijawab dengan, “Ya, nikah lagi aja! Nanti juga ada masa pengantin barunya.”
Kalau itu jawabannya, berarti yang bisa mengulang masa pengantin baru hanya yang pria, dong. Lalu yang wanita hanya sekali saja? Kok rasanya nggak adil.
Mengulang Masa Pengantin Baru
Apa sih sebenarnya yang melatarbelakangi sehingga pengantin baru begitu luar biasa? Jawabannya mungkin lebih dari satu.
Tapi, ada jawaban simpel yang mungkin bisa mewakili. Yaitu, ketika sepasang insan yang ‘berpuasa’, ‘berbuka’ bersama di tegukan pertama.
Bayangkan orang yang akan berbuka puasa. Apa pun yang pertama diteguk atau dicicipinya, itulah yang paling lezat. Meskipun sekadar air putih dengan sebutir kurma biasa.
Jadi kata kuncinya adalah puasa atau menahan diri untuk sekian lama. Lalu, di mana hubungannya dengan mengulang masa pengantin baru?
Yaitu, ketika suami istri konsisten untuk tetap ‘berpuasa’ ketika keduanya terpisah sementara. Tidak larak-lirik kiri kanan, tidak pandang-memandang dengan yang lain, bahkan tidak terbersit ketertarikan sekali pun; itulah arti tetap ‘berpuasa’.
Dan ketika perpisahan sementara itu berakhir, ‘berbuka puasa’ menjadi diksi yang cocok untuk mereguk kembali semerbak cinta pengantin baru.
Walaupun berpisahnya hanya dalam hitungan jam. Seperti suami berpisah dengan istri untuk berangkat kerja, istri dan suami berpisah sementara karena bekerja di tempat yang berbeda, dan lainnya.
Jangan heran jika suami istri dengan latar belakang religius umumnya punya anak banyak. Mereka pun tampak selalu mesra di berbagai keadaan meski di usia senja.
Boleh jadi, terapi ‘puasa sementara’ ini pula yang diterapkan syariat Islam saat suami istri melalui masa krisis hubungan. Yaitu, suami tidur di kamar yang terpisah dengan istri meski dalam rumah yang sama.
Berpuasa itu memang melahirkan banyak keberkahan, selain ridha Allah tentunya. Termasuk ‘berpuasa’ dalam ketertarikan pria dan wanita.
Bagi yang belum menikah, teruslah berpuasa. Kuatkan niat berpuasa semata karena Allah Yang Maha Mengawasi.
Dan yang sudah menikah, juga tetap ‘berpuasa’ ketika berpisah sementara. Karena dengan cara itulah, semerbak cinta pengantin baru akan terus berulang dan berulang untuk waktu yang tak terhingga. [Mh]