BIKIN NGO yang dipercaya dalam dan luar negeri itu tidak mudah. Saya enggak bisa tidur mikirin teman-teman yang jadi relawan Aceh, Palestina, Rohingya, dan lain lain.
Saya juga enggak bisa tidur mikirin para pengungsi di Rohingya yang selama ini disubsidi oleh NGO (yang sekarang sedang bermasalah).
Sebetulnya, NGO tersebut manajemennya bagus. Kerja keras, kerja tuntas, kerja ikhlas .. tapi kurang satu saja. Yaitu tazkiyatun nafs..
Saya sebetulnya temenan banget dengan para relawans. Relawan bencana, yang lebih siap nolong daripada saudara si korban..
Saya juga donatur yang kuat (bukan nampang), cuma pernyataan.
Tapi saya kemudian mundur jadi donatur ketika saya dengar mereka kantornya di 165.
Setahu saya mahal banget itu.
Kenapa enggak di Bekasi saja? jadi uang segitu bisa untuk beli bangunan yang bisa nampung macam macam .. ~ tapi sudahlah itu bukan urusan saya, mereka pasti punya alasan tersendiri, yang kita di luar tidak tahu..
Bikin NGO yang dipercaya dalam dan luar negeri itu enggak mudah.
Baca Juga: Mau Menengok Mesjid dan Anak Binaan ke Lombok
Bikin NGO yang Dipercaya itu Tidak Mudah
Saya ini relawan Aceh ketika Bapak Jusuf Kalla mengumumkan kondisinya dari atas helikopter, langsung saya beli beras dan kompor dan minta pesawat sama teman-teman yang punya akses relawan sebanyak 6 seats.
Dan hari ke-3, saya sudah di Aceh, mengarungi mayat yang bengkak, melihat ruang tamu yang setengah terkubur di mana ibu dan anak berpelukan di meja makan.
Melihat lemari rias pengantin yang hancur dan kotak mahar tergelatak dengan emas masih ada di situ. Ya banyak mayat yang masih pakai perhiasan.
Dan itu semua tidak ada yang ambil kecuali beberapa pencuri kemudian- yang datang dari kota lain.
Biasanya para relawan yang hatinya bersih yang sanggup tidur dengan tumpukan uang donatur dalam kondisi perut kelaparan yang paling dapat dipercaya.
Tidak pernah mencuri. Tidak pernah memakai uang donatur. Ngeri…
Kalaupun pada akhirnya ada NGO bermasalah… Khilaf….Yaa manusiawi.
Tapi tolong dilihat kebaikannya jauh lebih banyak daripada kekurangannya. Juga manfaatnya untuk umat yang menderita yang seringkali kita tak sanggup menjangkau mereka.
Jadi, mohon doakan agar NGO tersebut segera pulih.
Jadi kalau kakinya yang busuk, maka yang dioperasi kakinya saja. Jangan dibuang semuanya…
Karena kasihan di luar sana masih banyak korban bencana dan anak yatim yang sangat tergantung pada mereka.
Saya mau gantikan kerja jadi pengurus. Pindahkan saja ke JPU (JISc Peduli Umat), saya yang urus deh.
Relawans dear … ayuk merapat,
Kasihan anak-anak yatim yang sudah diurus, juga proyek rumah yatim yang akan mangkrak.
Ayuk kita lanjutkan … program mereka .. Yang khilaf di-tadzkiatun nafs saja ..
Banyak-banyak hayati siroh 60 sahabat.
Bagaimana Umar bin Khattab heran melihat lemari Rasulullah yang kosong dengan alas tidur hanya tikar dan sehelai kain, bukan tumpukan bed cover kayak di rumah atau boarding school saya.
Mengapa? Kata Rasulullah: “Aku di dunia hanya sementara saja, buat apa punya barang banyak-banyak, tempat tinggal utama kita adalah di surga.”
Aku, yang sekarang lagi di Malaysia, mikir-mikir, bener juga .. khan aku tinggal di KL cuma sebentar saja, makanya bawa baju hanya sekoper sebab di Malaysia khan hanya sementara, barang-barang lain ditinggal di Jakarta ..
Yaa begitulah.
Hidup ini harus selalu mawas diri …
“Yaa Alloh biha, yaa Alloh biha, yaa Alloh bihusnil khotimah.“ (Berikan kami akhir hidup yang baik, yaa Alloh).
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D.
(Founder JISc, JIBBS, JIGSC)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok: