CERITA ‘horor’ tentang naik taksi di Mekah dan Madinah kerap menjadi buah bibir. Mulai dari isu pelecehan seksual hingga soal tarif yang tidak wajar.
Taksi menjadi salah satu pilihan moda transportasi di Mekah dan Madinah. Khususnya buat jamaah umrah atau haji dari Indonesia.
Hal ini karena taksi dinilai lebih efektif alias cepat sampai tujuan. Masalahnya, para pengemudi taksi bukan warga asli Saudi. Tapi, dari banyak negara yang berarti banyak pula problematika di balik karakter drivernya.
Berikut ini tips aman naik taksi di dua tempat yang menjadi tujuan warga banyak negara.
Satu, pastikan bahwa taksi yang akan ditumpangi merupakan armada resmi. Hal ini karena yang resmi sudah terdaftar dan lebih terjamin tanggung jawabnya.
Membedakan taksi yang resmi dan tidak sebenarnya mudah. Cukup dengan melihat tulisan di atas mobilnya: taxi, atau logo taksi pada pintu mobil. Sementara yang tidak resmi sama sekali tidak ada tulisan apa-apa.
Tentang taksi tidak resmi, jangan heran jika banyak mobil pribadi yang tiba-tiba berhenti saat kita menunggu taksi di pinggir jalan. Mereka membuka jendela mobil dan menawarkan jasa untuk diantar.
Dua, usahakan agar ditemani pembimbing haji atau umrah.
Usahakan untuk ditemani pembimbing atau stafnya jika ingin naik taksi. Atau, ditemani oleh teman yang memang sudah berpengalaman di Saudi.
Selain tentang kebutuhan bahasa, bersama dengan yang sudah berpengalaman akan lebih memastikan keamanan kita.
Khusus untuk jamaah umrah atau haji wanita, jangan naik taksi sendiri tanpa didampingi mahram.
Tiga, sudah punya perkiraan harga tarif.
Taksi di Mekah dan Madinah tidak seperti di Indonesia yang memiliki argo. Di sana, naik taksi seperti naik ojek pangkalan. Ada tawar-menawar ongkos.
Nah, di sinilah pentingnya perkiraan tarif itu. Mungkin bisa ditanyakan ke mereka yang sudah berpengalaman: berapa kira-kira besaran tarif yang wajar.
Biasanya, jika driver menilai bahwa calon penumpangnya warga asing, mereka akan “menembak” harga tarif seenaknya. Terlebih lagi di musim haji. Biasanya harga tarif taksi akan naik luar biasa.
Nah setelah punya perkiraan tarif, silahkan tawar-menawar jika dirasa harga yang disebut driver kemahalan. Jangan coba-coba naik taksi tanpa bertanya tarifnya terlebih dahulu.
Tentang tawar-menawar ini, silahkan pasang wajah tegas. Jangan perlihatkan wajah cengengesan.
Empat, hati-hati kasus pelecehan seksual.
Ini sekadar kewaspadaan meskipun tidak digeneralisir bahwa taksi-taksi di Mekah dan Madinah drivernya bermasalah.
Boleh jadi, kasus pelecehan bisa datang dari penumpang lain. Penumpang lain? Ya, karena taksi di sana biasa mengangkut penumpang yang berbeda. Meskipun kita sudah di dalam taksi, driver akan mengangkut penumpang lain hingga bangku terisi penuh.
Ada dua kewaspadaan, pertama untuk penumpang pria yang tidak berkumis dan tidak berjanggut. Jika ada pihak yang tiba-tiba tangannya berada di atas paha kita, segera minta driver untuk berhenti dan langsung turun.
Kedua, jika penumpang wanita ditemani mahram. Maka, saat naiknya sebaiknya mahramnya terlebih dahulu yang masuk ke taksi, baru kemudian si wanita.
Sebaliknya saat turun, wanitanya dahulu yang turun, baru disusul mahramnya.
Dengan sedikit wawasan ini, semoga ibadah dan ziarah kita ke tanah suci bisa menjadi tetap aman dan nyaman. [Mh]