WHITE night merupakan fenomena alam yang unik. Dari segi bahasanya saja sudah tergambar, white night merupakan suasana malam yang seperti siang.
Suatu sore di St. Petersburg, Rusia. Sekumpulan remaja sedang asyik bermain sepak bola. Sebagian lagi menonton dari kejauhan.
Jika kita menontonnya di televisi, mungkin tak seorang pun yang menyangka kalau permainan sepak bola itu dilangsungkan pada jam 10 malam.
Bagaimana mungkin jam 10 malam tapi sinar matahari masih begitu terang? Ya tentu saja. Karena pada saat itu waktu Magrib masih satu jam lagi.
Begitulah suasana Rusia bagian utara pada musim panas. Terutama pada pertengahan bulan Juni. Pada saat itu, matahari lebih lama menemani bumi daripada tenggelamnya.
Bahkan pada bulan Juni itu, matahari hampir tidak tenggelam sama sekali, kecuali berkisar satu jam saja. Saat itulah orang biasa menyebutnya dengan ‘white night’ atau malam yang putih.
Menariknya, pada waktu itu, waktu Magrib, Isya, dan Subuh hampir berdekatan. Paling lama hanya dalam durasi satu hingga dua jam saja.
Bayangkan jika di bulan itu pas dengan bulan Ramadan. Wow, sebuah perjuangan puasa yang sangat berat.
Pada saat itu, umat Islam berbuka puasa sekitar jam sebelas malam. Kemudian sekitar tengah malam mereka shalat Isya dan satu jam kemudian makan sahur untuk kemudian bersiap-siap shalat Subuh.
Dengan kata lain, dalam satu hari, mereka rata-rata istirahat dari puasa hanya sekitar dua jam saja. Selebihnya berpuasa.
Keadaan itu bukan hanya di wilayah Rusia saja. Negeri-negeri lain yang sejajar dengan garis horizon juga mengalami hal yang hampir sama.
Di antara mereka ada Kanada, Finlandia, Swedia, Alaska di Amerika, dan lainnya. Fenomena white night menjadi hal biasa buat mereka.
Itu jika di musim panas. Sementara jika di musim dingin, keadaan menjadi kebalikannya. Pada musim dingin di Alaska misalnya, puasa Ramadan menjadi waktu yang paling singkat. Hanya sekitar lima jam.
Ya boleh jadi, itulah keadilan Allah subhanahu wata’ala buat mereka yang tinggal di daerah sebelah utara bumi ini.
Ada juga umat Islam di kawasan itu yang menanyakan bagaimana syariat Islam tentang lamanya berpuasa di daerah ini.
Pasalnya, syariat puasa memang tidak mengikuti waktu jam. Tapi seperti yang difirman Allah subhanahu wata’ala dalam Surah Al-Baqarah, dengan mengikuti kehadiran dan tenggelamnya matahari.
Sekali lagi, ada waktu puasa yang sangat lama di situ. Tapi ada masanya juga datang waktu yang sangat singkat.
Pada musim panas mereka mengalami siang yang lama hingga 20 jam sehari. Sementara pada musim dingin siangnya bisa hanya lima jam saja. [Mh]