SHALAT tarawih di masjid Hagia Sophia untuk pertama kalinya selama 88 tahun digelar di Turki menandai awal Ramadan 1433 H di negara tersebut.
Rahmawati Aida Putri selaku Founder The Jasmines Foundation menjelaskan secara singkat kepada para peserta Jelajah Ramadan 6 Negara yang dilaksanakan oleh Chanel Muslim, Senin (4/4/2022), mengenai sejarah kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid.
Ia mengatakan bahwa Istanbul dahulunya adalah pusat kekhilafahan Utsmani, sekaligus menjadi khilafah Islamiyyah terakhir bagi umat Islam.
Baca Juga: Meraih Ketaatan dan Berburu Rahmat Allah di Bulan Ramadan
Shalat Tarawih di Hagia Sophia Tandai Awal Ramadan di Turki
Peradaban Islam telah berpusat di Turki selama berabad-abad lamanya dan di sana masih tersisa jejak sejarah dari kekhilafahan Utsmani, salah satunya Hagia Sophia,
Menurut sejarah, Hagia Sophia awalnya adalah sebuah gereja ortodoks yang dibangun pada abad keenam masehi.
Lalu, pada tahun 1453, pemuda kebanggaan Islam Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel dan mengalihfungsikan gereja menjadi masjid.
Namun, sayangnya, pada tahun 1934 pemerintah sekuler Turki mengganti status masjid Hagia Sophia menjadi museum dan baru dibuka lagi menjadi masjid oleh pemerintahan Erdogan pada tahun 2020.
Wanita yang menetap di Turki ini mengungkapkan bahwa digunakannya kembali untuk shalat tarawih pada tahun 2022 karena sebelumnya terhalang pandemi.
Dalam pelaksanaan tarawih, imam masjid Hagia Sophia lebih memilih untuk memendekkan bacaan shalatnya sebagaimana anjuran Rasulullah dalam sabdanya yang berbunyi:
إِذاَ صَلَّى أَحَدُكُمْ بِالنَّاسِ فَلْيُخَفِّفْ
“Apabila salah seorang di antara kalian mengimami shalat, maka ringankanlah shalatnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ia melanjutkan, “Selain itu masjid Hagia Sophia menjadi salah satu masjid yang juga menampung jemaah Muslimah, karena tidak semua masjid di Turki yang menampung jemaah Muslimah.”
Kemeriahan menyambut Ramadan di Turki diwarnai dengan lampu-lampu yang didesain membentuk kalimat tahlil di sekitar masjid Hagia Sophia.
Menjelang berbuka puasa, banyak masyarakat yang duduk di pelataran depan masjid untuk sekadar berbuka bersama temannya, atau keluarganya.
Ramadan di Turki kali ini, masyarakat Turki hanya menghabiskan waktu untuk berpuasa selama 13 jam tidak berbeda jauh dengan di Indonesia.
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang bisa mencapai 15 jam waktu berpuasa.
Suasana sahur di Turki tidak seperti di Indonesia di mana beberapa daerah menerapkan budaya membangunkan sahur keliling menggunakan bedug.
Aturan yang berlaku di Turki menghormati hak-hak pribadi masyarakatnya sehingga tidak diperbolehkan membuat kebisingan.
Perbedaan lainnya, di Turki tidak ada budaya menyediakan ifthar dan takjil di masjid-masjid kecuali di masjid besar, tidak seperti di Indonesia yang hampir tiap masjid menyediakannya. [Ln]