ChanelMuslim.com – Apa yang ada dalam benak kita mengenai remaja? Sebagian besar beranggapan inilah masa peralihan anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perilaku menyebalkan, berbuat onar bahkan melanggar aturan. Masa remaja identik dengan masa nakal-nakalnya.
Ustadz Bendri Jaisyurrahman seorang Praktisi Kekokohan Keluarga & Parenting Islami, tidak sepakat dengan anggapan tersebut, ia mengatakan bahwa jika cara pandang ini dibenarkan bisa bahaya. Setiap kenakalan bahkan kejahatan remaja akan dimaklumi sebagai bagian tumbuh kembangnya. Padahal secara usia mereka telah memasuki usia taklif. Sudah punya kewajiban yang akan dihisab.”
Baca Juga: 4 Perkembangan Emosional Pada Remaja
Benarkah Remaja Adalah Masa Nakal-Nakalnya?
Seandainya mereka mati di usia itu, hisab di alam kubur tetap berlaku. Saat Munkar Nakir bertanya, “Man Robbuka?” Kemudian dijawab, “hmmm mau tau aja atau mau tau bingits?” Niscaya bakal dikemplang.
Atau ketika ditanya, “Maa diinuka?”. Trus dijawab, “Ih kepo banget sih. Plis cek bio aja ya. Jangan lupa follow“. Bakal di-gaplok tuh bocah ampe muter muter di wajah. Bilas. Multivitamin. #ups kok jadi jingle iklan.
Gak mungkin malaikat akan memaklumi seraya mengatakan, “Namanya juga remaja. Agak ngeselin emang”.
Cara pandang dimana remaja diasosiasikan sebagai pribadi bermasalah muncul pertama kali dari Stanley Hall atas risetnya terhadap ribuan anak muda di Barat dimana rata-rata mereka memiliki perilaku yang sama ngeselin dan suka ngelawan. Justru ini bukti bahwa metode Barat dalam pengasuhan telah gagal.
Uniknya sebagian ahli di Arab pun mengiyakan pernyataannya. Bahkan muncul istilah baru dalam bahasa Arab yang menyebut remaja dengan kata المراهق . Mengambil kata رهق dalam surat Al Jin ayat 5 yang artinya pelaku dosa. Jadi, remaja sudah dilabel sebagai pelaku dosa.
Seolah-olah hal itu adalah kelaziman seluruh remaja di dunia. Sekiranya riset itu dilakukan ke remaja Palestina atau mundur ke belakang ke generasi sahabat, tentu lain hasilnya.
Padahal remaja menurut KBBI definisinya sangat elok: mulai dewasa, siap untuk kahwin. Artinya status remaja diakui sebagai orang dewasa dengan segala kesiapannya untuk menikah.
Disinilah harusnya peran mentor atau coach lebih dibutuhkan. Bukan ceramah tapi bimbingan. Bukan mengkritik tapi memberi solusi.
Orang tua pun harus banyak mendengar. Jangan banyak bicara apalagi ngegass. Ketahuilah, kenapa mereka disebut remaja. Karena inilah masa orang tua dilarang ngegass, rem aja. Jadilah remaja.
Wallahu a’lam bish showab
[Ln]