ChanelMuslim.com – Setiap Perjalanan adalah Pergiliran
Saya sedang dalam perjalanan di atas KA Sembrani dari Gambir. Bismillah, menyempatkan ziarah dan nengok keluarga Bapak (panggilan saya ke suami) di Jateng.
Insya Allah, ini mewakili perasaan Bapak yang semasa sehat mesti menyempatkan mengunjungi sanak famili di tempat kelahirannya. Apalagi ini ada kerabat yang sedang terkena musibah.
Baca Juga: Perjalananku Menjadi Hafiz Qur`an
Setiap Perjalanan adalah Pergiliran
Saya belajar kepada Bapaknya anak-anak tentang keutamaan silaturrahim. Semasa sehat, beliau adalah oang yang rajin mengunjungi sanak famili dimana saja. Alhamdulillah.
Dua kisah diantara banyak kisah
Sekitar tahun ’85 baru setahun kami menikah, Bapak mempertemukan Ibu saya (mbah putri) dan Nenek (Uu) dengan keluarga yang sudah 35 tahun tidak bertemu.
Bapak menyewa mobil dan mengajak Mbah Kakung, Mbah Putri dan Nenek ke Cipunagara, Subang.
Nenek tinggal di Cibening, Purwakarta. Betapa bahagianya Mbah Putri dan Nenek ketika itu. Mereka saling berpelukan dan bertangisan. Masya Allah.
Rupanya kesibukan rutinitas dan kendala teknis menyebabkan mereka tidak sempat berjumpa.
Tiga tahun menjelang wafatnya ayah saya (Mbah Kakung) , tahun 2006 Bapak mengajak safar Mbah Kakung dan Kakak-kakak saya ke kampung di Dukuh Turi, Tegal.
Mbah kakung sampai menitikkan air mata jumpa saudara-saudaranya karena sudah sekitar 60 tahun pergi meninggalkan tempat kelahiran.
Pada masa penjajahan Belanda, Mbah Kakung adalah prajurit tentara rakyat. Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya tahun 1945, Mbah kakung masuk di kesatuan tentara Siliwangi Jawa Barat yang bermarkas di Bandung.
Disanalah Mbah Kakung bertemu dengan komandan yang kelak menjadi kakak iparnya. Melalui komandannya ini, namanya Sanusi (kakaknya mbah putri, pangkatnya saya lupa) yang mempertemukan mbah Kakung dan Mbah putri berjodoh. Alhamdulillah.
Betapa bahagianya kerabat yang sudah lama tidak jumpa bahkan nyaris terputus hubungan komunikasinya kemudian bertemu kembali.
Masya Allah. Mbah kakung ketika itu sampai mengucapkan berkali-kali :” Terima Kasih, nak Tammim”. Sejenak saya melihat senyum bahagia di wajah Bapak. Bahagia rasanya membahagiakan orang-orang terdekat.
Itu di dunia, bagaimana jika nanti di akhirat kita dikumpulkan kembali dengan orang-orang yang kita cintai.
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya , maka hendaklah menyambung tali silaturrahim .”
(Muttafaqun ‘alaih).
Wallahu a’lam
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di akun Facebook pada 7 November 2018 pukul 21.13