ChanelMuslim.com – Assalamu’alaikum Ustazah, saya seorang suami yang belum lama menikah. Ketika di hadapkan pada pilihan untuk mengikuti saran ibu atau istri atas suatu hal, mana yang harus saya prioritaskan? (Tiyo, Boyolali)
Jawaban:
Wa’alaikum salam. Semoga Allah memberkahi pernikahan Anda dan mengumpulkan Anda berdua dalam kebaikan.
Suatu kali Wabishah bin Ma’bad ra mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian beliau bersabda:
”Apakah engkau datang untuk bertanya tentang kebaikan dan keburukan?” Aku menjawab, ”Ya.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, ”Istafti qalbak. Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang jiwa merasa tenang dengannya dan hati merasa tentram kepadanya, dan keburukan adalah sesuatu yang menggelisahkan hatimu dan membuatmu ragu.” (HR. Imam Ahmad)
Hadits ini memberi isyarat bahwa hati manusia akan memberikan pertimbangan kepada kebaikan. Sebagian orang mengatakan ‘kata hati’ ini dengan ‘akal sehat’.
Baca juga: Mendiamkan Pasangan Bukan Solusi
Memprioritaskan dengan akal sehat
Orang yang berakal sehat akan melihat sesuatu secara objektif. Ia akan mengesampingkan perasaan-perasaan ‘tidak enak’. Ia akan mempertimbangkan segala sesuatu secara rasional.
Apakah pendapatnya bisa diterima oleh akal atau tidak. Ilmu pengetahuan menyebutnya sebagai ‘common sense’, sebuah kebaikan yang diakui oleh banyak orang apa pun latar belakang agama, suku, dan status sosialnya.
Jika saran dari ibu dan istri Anda hal yang bukan prinsip. Misalnya, urusan keseharian yang sifatnya teknis sebaiknya didiskusikan bersama secara proporsional. Andalah yang lebih paham situasi dan kondisinya.
Jika harus memilih prioritas yang mana antara ibu dan istri, maka pandanglah keduanya adalah orang-orang yang Anda sayangi.
Anda punya kewajiban ‘birrul walidain’ kepada ibu. Sementara kepada istri, Anda punya kewajiban memimpinnya, memberinya nafkah, dan menggaulinya dengan baik (wa’asyiruhunna bil ma’ruf).
Ketika Anda mengikuti saran salah satunya lebih prioritas, insya Allah Anda sudah berusaha untuk tidak menyinggung perasaan mereka.
Hari ini Anda memprioritaskan saran ibu karena berbagai pertimbangan, di lain hari bisa jadi Anda memprioritaskan saran istri karena berbagai pertimbangan pula.
Kenyataan hari ini bisa jadi berbeda dengan kenyataan di hari esok. Memprioritaskan saran salah satu di antara orang-orang yang Anda sayangi bukan berarti mengabaikan atau merendahkan yang lainnya.
Oleh karena itu, seorang laki-laki penting memiliki pengetahuan agama. Minimal pengetahuan tentang pokok-pokok ajaran Islam, fikih keluarga, dan hidup bermasyarakat.
Prinsip dalam memprioritaskan
Apakah suatu hal itu prinsip? Yang dimaksud hal prinsip adalah sesuatu yang sudah jelas dalam tuntunan agama, antara lain tentang keimanan, akhlak, dan ibadah.
Jika hal itu prinsip, Islam mengajarkan agar kita menjadikan kebenaran sebagai parameter dalam menilai sesuatu. Ada pun siapa yang mengatakan, tidak menjadi ukuran atas suatu kebenaran, kecuali ucapan itu keluar dari lisan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagaimana perkataan Imam Malik: ”Setiap ucapan boleh diterima dan ditolak, kecuali ucapan Nabi.”
Sababat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Ubay bin Ka’ab ra mengatakan: ”Terimalah kebenaran yang datang padamu walaupun berasal dari orang yang kau benci, dan tolaklah kebatilan yang sampai padamu walaupun berasal dari orang dekat yang kau cintai.”
Ibu dan istri adalah orang-orang terdekat dan dicintai. Dalam pandangan Islam, kedudukan ibu sangat mulia. Ridhanya adalah ridha Allah. Murkanya adalah murka Allah. Demikian juga istri wajib dimuliakan dan disayangi.
Selama keduanya memberikan saran atau pendapat yang tidak menyimpang dari kebenaran, maka sudah sepatutnya saran mereka diterima. Namun jika mereka memberikan saran yang tidak benar, maka Anda tidak perlu ikuti.
“Laa tha’ata limakhluqin fi ma’shiyatil khaliq.“ Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam ma’shiyat kepada Allah. (HR. Bukhari dan Muslim)
Sebaliknya Andalah yang harus memberi nasihat kepada mereka.
Pertanyaan berikutnya, jika pendapat keduanya sama-sama benar, yang mana yang diprioritaskan? Baru di sinilah Anda melihat pada pertimbangan maslahatnya, manakah saran yang maslahatnya lebih besar.
Maslahat yang dimaksud adalah kebaikan atau manfaatnya. Jika saran dari ibu lebih banyak kebaikannya, maka ini yang diprioritaskan. Demikian sebaliknya, jika pendapat istri yang lebih banyak kebaikannya maka ini yang diprioritaskan.
Catatan Ustazah Wirianingsih di akun Instagramnya @wiwirianingsih pada Senin, 17 Oktober 2021.
[Wnd]