PERSIAPAN psikis sebelum menikah sangat penting agar memiliki kesiapan mental menjalani hidup berkeluarga dengan pasangan dalam suka dan duka hingga tutup usia. Dengan persiapan psikis sebelum menikah diharapkan dalam segala keadaan dapat mempererat ikatan pernikahan.
Adapun persiapan psikis yang hendaknya dilakukan sebagai berikut:
1. Berkomitmen untuk mewujudkan keluarga yang sakinah dan niat yang ikhlas dalam mewujudkan keluarga yang diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Allah berfirman:
فَاعْبُدِ اللّٰهَ مُخْلِصًا لَّهُ الدِّيْنَۗ
“Maka, sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya.” (Az-Zumar: 2)
2. Bertekad untuk mempertahankan pernikahan dalam susah dan senang.
Baca Juga: Sebelum Menjadi Nabi, Muhammad hanya Menikah dengan Khadijah Hingga Kematian Sang Istri
Persiapan Psikis Sebelum Menikah
3. Membangun rasa tanggung jawab untuk melaksanakan kewajiban terhadap keluarga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ .( رواه البخاري)
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari)
4. Memperbaiki amal ibadah agar setelah menikah, hati menjadi tenang, fikiran jernih, bersikap baik dan setelah menikah agamanya menjadi sempurna. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
من رزقه الله امرأة صالحة فقد أعانه على شطر دينه فليتق الله في الشطر الباقي
“Siapa yang diberi karunia oleh Allah seorang istri yang solihah, berarti Allah telah menolongnya untuk menyempurnakan setengah agamanya. Karena itu, bertakwalah kepada Allah setengah sisanya.” (HR. Baihaqi)
5. Menyempurnakan pembiasaan akhlak mulia agar bisa bersikap baik dan bijak kepada pasangan dan membuatnya nyaman. Akhlak yang baik bisa menjadi benteng yang kokoh seperti orang yang shaum dan shalat malam dapat membentengi diri dari prilaku zalim. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الْعَبْدَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ القَائِمِ (رواه ابو داود)
“Sesungguhnya orang-orang mu’min dengan akhlaknnya dapat mencapai derajat orang-orang yang berpuasa dan shalat malam.” (HR. Abu Daud)
6. Mengendalikan keinginan dan emosi, serta menahan ego pribadi agar bisa menjaga hubungan yang selalu intim bersama pasangan.
Mengendalikan keinginan, emosi dan ego itu merupakan bentuk pengendalian hawa napsu dan akan terasa berat sehingga harus diperjuangkan hingga terasa ringan dan terbiasa. Rasulullah SAW bersabda :
الْمُجَاهِدُ مَنْ جَاهَدَ نَفْسَهُ فِي اللَّهِ
“Yang disebut mujahid adalah orang yang berjuang melawan hawa nafsunya untuk taat kepada Allah.” (HR Tirmidzi dan Baihaqi)
Malik bin Dinar berkata.
جَاهِدُوا أَهْوَاءَكُمْ كَمَا تُجَاهِدُونَ أَعْدَاءَكُمْ
“Berjuanglah kalian melawan hawa nafsu kalian, sebagaimana kalian berjuang melawan musuh-musuh kalian.”
7. Bersikap jujur, terbuka, serta menjauhi kebohongan dan pengkhianatan agar selalu setia kepada pasangan. Bersikap jujur akan mendatangkan banyak kebaikan bagi pelaku dan pasangannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ
“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur, karena jujur membawa kepada kebaikan.” (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud dan lainnya)
8. Membiasakan diri untuk berlapang dada dan memaafkan agar mudah beradaptasi terhadap berbagai perbedaan dengan pasangan.
9. Memikirkan atau merenungkan visi dan misi berkeluarga untuk kemudian dicocokkan dengan pasangan.
10. Memahami ilmu tentang persiapan menikah dengan membaca buku, belajar kepada ahlinya atau mengikuti kursus dan pelatihan.
Catatan Ustazah Dr. Aan Rohanah Lc., M.Ag di akun instagramnya @aanrohanah_16. Ustazah Aan Rohanah adalah perempuan yang Peduli Keluarga dan Pendidikan Anak. [Ln]
View this post on Instagram