ChanelMuslim.com – Mereka sama seperti kita. Dalam berbagai forum ceramah atau seminar tentang pendidikan anak, muncul pertanyaan yang berulang.
“Bisakah ibu ceritakan bagaimana tips mendidik anak?” Pertanyaan ini kalau dikumpulkan mungkin sudah lebih dari 100 kali. Alhamdulillah, saya jawab dengan jawaban yang sama. Sebagiannya saya ringkas di sini.
Meneladani Generasi Terbaik
Teladani generasi terbaik di masa lalu. Kisah mereka ada di dalam Al-Qur’an, sirah nabawi, dan kisah-kisah terbaik di Nusantara. Mereka nyata, bukan fiksi apalagi ilusi. Mereka hidup sama seperti kita.
Baca juga: Mencintai-Mu Diam-Diam
Sejarah mencatat kisah mereka dengan apik. Kita hampir tidak menemukan ‘aib atau kekurangan (karena tidak boleh). Dari mana kita bisa tahu kisah tokoh-tokoh teladan itu? Dari buku.
Sekarang kita lebih mudah mencari tahu. Sudah banyak yang membuat filmnya. Kisah mereka memberi kita inspirasi dan tidak usang ditelan zaman.
Ada buku “Kisah 30 pendekar dan pemikir Islam”, penulisnya Salim Bahreisy. Dari sini imajinasi terbuka. Kira-kira seperti apa mereka menjalani kehidupannya. Imam Syafi’i hafal Al-Qur’an di usia 7 tahun. Imam Bukhari hafal ribuan hadits shahih di usia remaja. Masih banyak lagi.
Jadi ada dua hal: 1) Hal prinsip dan tetap adalah menyusun agenda besarnya. 2) Pengasuhan yang sifatnya praktis berkembang seiring perubahan zaman. Mohon maaf kalau bagian ini silakan ke pakar parenting. Banyak sekali ahlinya.
Zaman Imam Syafi’ dan Imam Bukhari belum ada gadget. Sekarang? Jangan ditanya. Harusnya perkembangan teknologi mempermudah urusan menuntut ilmu.
Contoh Teladan
Contoh yang prinsip. Saya nukil pandangan Imam Ghazali:
“Cara menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak bukannya dengan cara membekali anak dengan kemampuan berdebat atau adu argumentasi, melainkan dengan jalan membuat anak sibuk dengan membaca Al-Qur’an dan tafsirnya. Membaca hadits berikut kandungan maknanya, serta menjadikannya sibuk melakukan berbagai aktivitas ibadah. Dengan ini, kepercayaan dan keyakinan yang ada pada diri anak semakin kokoh, sejalan dengan semakin seringnya ia mendengarkan Al-Qur’an dan mempelajari bukti-bukti yang terkandung dalam hadits Nabi.”
Wallahu a’lam.
Demikianlah. Pintar itu anugerah Tuhan, menjadi bodoh itu pilihan.
*Al-Ihya 1/97
Catatan Ustazah Wirianingsih di akun Instagramnya @wiwirianingsih pada Jumat, 26 Maret 2021.
[Wnd]