ChanelMuslim.com – Meninggalkan Najwa
Malam ini dalam perjalanan KA Solo-Jakarta, susah mau pejamkan mata. Akhirnya saya buka lagi buku yang selalu menyertai dalam perjalanan. Jadilah tulisan ini, alhamdulillah.
Tulisan di bawah ini hanya menyalin saja dari buku Muhammad Ahmad Ar-Rasyid dengan beberapa paragraf yang diringkas. Insya Allah tidak kehilangan substansi.
Maaf ya teman-teman. Bagi aktivis dakwah penting membaca (setelah al-Qur’an dan sirah nabawi) buku-buku fikih Dakwah yang melembutkan jiwa.
Baca Juga: Wara, Meninggalkan yang Meragukan
Meninggalkan Najwa
Tantangan dan ujian dalam mengarungi perjalanan dakwah itu sangat berat. Oleh karena itu aktivis dakwah perlu lakukan deteksi dini terhadap kondisi hatinya.
Kebaikan itu harus menyentuh semua aspek kehidupan. Dakwah bukanlah hanya untuk urusan di ruang privasi, namun ia juga mencakup urusan di ruang publik. Jika kebaikan tidak bergerak, maka ruang kehidupan manusia akan dipenuhi oleh lawannya kebaikan yaitu keburukan.
Serial Cahaya di Langit Jiwa (13)
Meninggalkan Najwa
Pertemuan orang-orang beriman memiliki sasaran yang jelas dan hanya mengenal tujuan bertambahnya keimanan kepada Allah.
Umar bin Abdul Aziz memerintahkan Abu Bakar bin ‘Amru bin Hazm duduk bersama untuk belajar.
Ia berkata :
“ولتجلسوا : حتى يعلم من لا يعلم : فان العلم لا يهلك حتى يكون سرا “
“Hendaklah semua kamu duduk bersama, sehingga orang yang tidak tahu menjadi tahu, sesungguhnya ilmu itu akan pupus apabila ia selalu tersembunyi.”
Ahmad bin Ubai al-Huwari al-Dimasyqi menjadikan majlis pengajian sesama sahabatnya sebagai obat kekasaran hati. Ia berkata :
“اذا رايت من قلبك قسوة فجالس الذاكرين ، واصحب الزاهدين “
“Apabila kamu melihat bahwa di hatimu terdapat kekasaran hati , maka duduklah bersama orang-orang yang suka mengingat Allah dan temanilah orang-orang yang zuhud.”
Majlis seorang mukmin adalah majlis yang sangat mulia. Tidak pantas baginya duduk bersama sejenak kecuali dengan niat memperkuat keimanan kepada Allah.
Seorang mukmin tidak boleh mengajak orang-orang yang duduk bersamanya mengkritik ijtihad para pemimpinnya dengan sesuatu yang ia takut menyampaikannya secara terus terang kepada mereka.
Apabila seorang mukmin tidak menemukan seorang teman yang saleh , yang dapat melembutkan hatinya, maka ia dapat meluangkan waktunya sesaat bersama Allah subhanahu wa ta’ala.
Bakar bin Abdillah al-Muzani :
ليس بينك و بينه حجاب ولا ترجمان
“…tiada hijab (penghalang) , tiada pembatas antaramu dengan Tuhanmu..”
Seorang yang bijak pasti akan mencari majlis pengajian, perjalanan yang bermanfaat, atau berdiam di mihrab. Ia merasa senang bergaul dengan hamba-hamba Allah yang saleh.
Sedangkan orang yang terancam kesesatan pasti akan duduk bersama orang-orang yang semisal dirinya, menghindari pantauan, dan menyembunyikan ‘uneg-unegnya’ dari kumpulan orang-orang saleh.
Kemudian ia menyebarkan kepada orang yang menyukainya, saling menguatkan rasa ego hingga tumbuh dendam, patah semangat dan justifikasi kesesatan.
Umar bin Abdul Aziz berkata :
ماانتجى قوم في دينهم دون جماعتهم الا كانوا على تاسيس ضلالة
“Setiap kelompok yang berbisik dalam urusan agama mereka di luar jama’ah mereka, maka sesungguhnya mereka tengah membangun suatu kesesatan”.
Itulah permulaan dari setiap bid’ah yang terjadi dalam sejarah kaum muslimin. Berawal dari bisik-bisik (najwa) , lalu menjadi istidraj.
Di antara tabi’at najwa adalah ia tidak bisa diubah oleh niat yang tulus, tidak dapat membawa hasil perbaikan, dan tidak dapat dinyatakan sebagai hasil ijtihad yang legal. Karena suatu ijtihad tidak boleh dilakukan secara sembunyi.
Ijtihad memerlukan evaluasi atau kaji ulang dan perlu mendapat tanggapan atas kebenarannya dari ulama lain.
Sebagian besar perbuatan najwa menyebabkan pembangkangan dan pelanggaran janji setia. Najwa adalah tahap pertama bagi penempuh jalan fitnah, baik ia menyadari atau tidak.
Mereka mengaku menginginkan kebaikan dan sedang melakukan salah satu bentuk ibadah. Padahal mereka tengah terbelit kesalahan.
Seseorang yang mendapat taufiq bisa keluar dari sempitnya majlis najwa menuju medan syuro yang luas dan indahnya perbaikan di tengah manusia, karena ia mengharap ridha Allah .
Allah adalah sumber cahaya semua langit dan bumi. Allah akan memberikan karunia cahaya yang baru agar mata hati mereka semakin terang dan termotivasi untuk bersegera menuju ridha Allah.
Wallahu a’lam bisshawwab
@wirianingsih
Dinukil dari buku al-‘awaiq (Hambatan – Hambatan Dakwah) Syaikh Muhammad Ahmad ar-Rasyid
——
*Najwa adalah berkumpulnya suatu kelompok yang jauh dari jama’ah atau dari kepemimpinan umat Islam untuk meletakan suatu permasalahan yang berkaitan dengan agama atau kebijaksanaan politik yang berkaitan dengan agama.
**Kitab az-Zuhd , Imam Ahmad, h.291
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di akun Facebook pada 10 November 2018 pukul 15.59