USTAZAH Aan Rohanah menjelaskan mengenai keindahan dan kenikmatan berkeluarga.
Keluarga akan benar-benar bahagia jika mereka bisa merasakan hakikat keindahan dan kenikmatannya.
Hakikat keindahan dan kenikmatan berkeluarga bukan pada yang bersifat materi dan bersifat duniawi karena ia hanya kenikmatan kecil, kenikmatan sementara dan cepat sirna.
Dengan demikian, keluarga akan terus merasakan bahagia dalam suka dan duka.
Mereka tetap tegar menghadapi permasalahan dan tantangan sekalipun besar dan sulit untuk diselesaikan.
Sehingga mereka bisa menghindari perselisihan dan percekcokan yang menyebabkan perceraian.
Sesungguhnya hakikat keindahan dan kenikmatan itu harus yang bersifat seterusnya dan selamanyaa.
Sehingga harus berlandaskan kepada yang bersifat ruhani yaitu:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
1. Kelezatan iman yang akan membuat suami istri tetap istiqamah dalam kebaikan sehingga bisa menghindarkan keluarga dari berbagai kezaliman dan kemaksiatan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيْهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيْمَانِ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُـحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُوْدَ فِـي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِـي النَّار
“Ada tiga perkara yang jika perkara tersebut ada pada seseorang, maka ia merasakan manisnya iman, yaitu barangsiapa yang Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selainnya. Mencintai seseorang hanya karena Allah dan membenci kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya sebagaimana ia benci dilemparkan ke dalam neraka.” (HR. Bukhari، Muslim، Tirmidzi, Nasai، dan Ibnu Majah).
2. Kenikmatan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Keindahan dan Kenikmatan Berkeluarga (1)
Baca juga: Pendidikan Anak Harus Sukses di Tangan Orang Tuanya
Kenikmatan beribadah akan bisa dirasakan apabila memprioritaskan cinta kepada Allah, Rasulullah dan Islam daripada cinta kepada selainnya, niat yang benar-benar ikhlas karena Allah agar mendapatkan ridha dan pahala dari-Nya dan beribadah dengan sungguh-sungguh dan khusyuk.
3. Kenikmatan meninggalkan maksiat. Memang awalnya berat, sebab nafsu membenci hal-hal yang terkait dengan ketaatan dan senang dengan hal-hal yang berbau maksiat.[Sdz]