“KALA Dakwah Mengajariku” adalah sebuah puisi gubahan dari Ustazah Kingkin Anida tentang seorang yang belajar banyak hal dari perjuangan di jalan dakwah. Mari kita renungkan bait-bait puisi tersebut:
Ketika dulu aku tak mengerti siapa dan untuk apa aku ada.
Dakwah mengajariku menjadi manusia yang hidup untuk manusia yang lain.
Ketika dulu aku merasa lemah pada hidupku.
Dakwah mengajariku bagaimana berjuang hingga menjadikanku sosok yang kuat.
Ketika dulu aku selalu menggugat Allah atas takdirnya.
Dakwah mengajariku menjadi hamba yang ikhlas terhadap setiap ketentuan-Nya.
Ketika aku selalu tergesa-gesa mengejar apa yang ku mau.
Dakwah mengajariku tentang ketekunan dan kesabaran menanti kemenangan.
Ketika dulu aku hanya bermimpi kecil dan selalu berpikir apa adanya.
Dakwah mengajariku untuk berani bermimpi besar dan membuat cita sebanyak mungkin.
Ketika dulu aku hanya hidup untuk diri sendiri.
Dakwah mengajariku untuk bisa peduli dan peka pada keadaan orang lain.
Ketika dulu aku tak bisa menerima keburukan orang lain atasku.
Dakwah mengajariku untuk membalas keburukan dengan kebaikan.
Ketika aku merasa tak punya siapapun yang menolongku.
Dakwah mengajariku tentang keyakinan bahwa Allah itu akan selalu ada untuk hamba-Nya.
Ketika aku masih menjadi manusia yang mudah menyerah pada masalah.
Dakwah mengajariku untuk selalu merenung agar aku tahu letak masalahku dan mampu menyelesaikannya.
Ketika dulu aku selalu salah memberi cinta.
Dakwah mengajariku tentang siapa saja yang berhak atas cintaku dan kepada siapa cinta itu wajib kuberikan.
Ketika aku merasa hidupku hampa dan tak tahu waktuku untuk apa.
Dakwah mengajariku tentang menjadikan setiap waktuku adalah amal.
Ketika dulu aku tak bisa menyentuh hati manusia.
Dakwah mengajariku tentang bahasa hati.
Baca Juga: Meninggalkan Anak-Anak di Jalan Dakwah
Kala Dakwah Mengajariku
Ya…dakwah telah mengajariku banyak hal.
Dakwah telah menempaku menjadi sosok yang lebih berarti untuk hidup yang hanya sekali.
Dakwah mengajariku menjadi sosok sosial.
Dakwah mengajariku tentang cinta sejati.
Dakwah mengajariku tentang kekuatan agar aku tak menjadi manusia yang mudah menyerah.
Dakwah mengajariku menjadikan sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.
Dakwah mengajariku tentang sebuah keikhlasan.
Dakwah mengajariku agar senyumku selalu tersebar dimana saja, meski hatiku sedang mendung.
Dan dakwah telah mengajariku bagaimana menjadikan dunia ini ada dalam genggaman tanganku, bukan pada hatiku.
Hingga ketika Allah memberiku kesedihan, aku hanya menitikkan sedikit airmata sebagai keniscayaan manusiawiku.
[Ln]