AKHIR-akhir ini Istilah “Fatherless” sering menjadi perbincangan di tengah masyarakat. Fatherless adalah hilangnya atau minimnya peran ayah dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak.
Karena pengasuhan dan pendidikan anak diserahkan sepenuhnya kepada ibunya, sehingga anak tidak mendapatkan figur ayah yang sesungguhnya dalam kehidupan sehari-hari. Maka ayah tidak hadir baik secara fisik maupun psikologis di dalam tumbuh kembang anak.
Padahal kehadiran dan keterlibatan ayah dan ibu sangat dibutuhkan dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak agar tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan baik dan semua potensi dapat dikembangkan secara maksimal.
Baca Juga: Fatherless Faktor Terbesar Anak Menjadi Lesbian
Fatherless Bagi Anak dalam Keluarga
Fatherless tidak selalu dialami anak yatim yang ayahnya sudah wafat, sehingga secara biologis anak -anak itu masih memiliki ayah.
Maka ayah secara fisik masih hidup, namun tidak dirasakan kehadirannya secara signifikan dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak.
Fatherless yang dialami oleh anak akan berdampak buruk kepada psikologisnya, sebab kedekatan dan kehangatan ayah kepada anak itu menjadi faktor yang sangat penting bagi perkembangan emosional anak.
Berbagai dampak buruk psikologis akan menimpa anak yang fatherless, seperti anak merasakan kesepian , merasa rendah diri dan malu karena tidak seperti ayah teman-temanya yang penuh perhatian.
Juga akan muncul perasaan sedih, kecewa, marah dan sulit mengontrol emosinya bahkan puncaknya adalah timbul kebencian kepada ayah.
Juga akan berdampak pada kemampuan anak dalam berkomunikasi yang logis dan lebih bertanggung jawab, serta kurang mampu dalam bidang akademis.
Biasanya fatherless terjadi karena akibat perceraian kedua orang tua, atau pengasuhan patrilineal sehingga ayah kurang berperan, atau karena ayah hanya fokus mencari nafkah.
Apapun alasannya ayah harus bisa menyiapkan waktu untuk ikut terlibat dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak sehingga ikut andil dalam proses tumbuh kembang anak baik secara ruhani, fikiran, mental dan kejiwaan, serta fisik dan interaksi sosial anak.
Ayah dan ibu harus sama-sama berperan dan bekerja sama dalam proses pengasuhan dan pendidikan anak hingga berhasil sukses.
Catatan Ustazah Dr. Aan Rohanah Lc., M.Ag di akun instagramnya @aanrohanah_16. Ustazah Aan Rohanah adalah perempuan yang Peduli Keluarga dan Pendidikan Anak.
[Ln]
View this post on Instagram