ChanelMuslim.com –
Cerita di balik peristiwa
Barangkali ada inspirasi di dalamnya. Menyusun peta jalan, menyiapkannya, menjalaninya dengan sabar, senantiasa jaga istisyarah dan bermusyawarah dalam mengambil keputusan, seraya memohon pertolongan dari Allah, insya Allah cepat atau lambat akan terbuka jalan terbentang.
Hati-hati jangan salah niat, jangan pula melakukan penyimpangan tujuan.
——
“Akhirnya ke Polandia”
Selama sekitar 3 bulan (Juni-Agustus) kami sekeluarga mendiskusikan pilihan untuk Yusuf: Geneva University, Swiss atau Warsawa University, Polandia.
Keduanya di jurusan yang sama ‘Chemistry’ program magister (graduate).
Alhamdulillah, berita gembira mengawali
tahun 2018. Jerih payah persiapan ingin melanjutkan studi ke Luar Negeri dimudahkan Allah.
Surat pemberitahuan resmi Yusuf diterima dari Uppsala University Swedia. Proposal Penelitiannya ‘Chemistry for renewable energy’ diterima oleh Profesor yang akan membimbingnya.
Namun kendala di pembiayaan. Yusuf ajukan LPDP, tapi qadarallah belum lolos. Saat yang sama info diterima juga diterima dari Universitas Bourdoux , Perancis. Kendala di biaya. Tidak diambil.
Bulan Maret 2018 ada pemberitahuan resmi berikutnya, dari Geneva University, Swiss.
Program yang sama. Yusuf sudah tidak boleh mengajukan LPDP karena dalam setahun tidak boleh mengajukan dua kali. Jadi bagaimana ?
Akhirnya Yusuf berinsiatif membuat proposal mencari sponsor untuk pendidikan di Geneva selama 2 Tahun.
Saya bantu carikan sponsor. Yusuf juga mendatangi beberapa ‘channel’ yang sepertinya memberi harapan.
Namun tidak ada satupun yang berhasil, qadarallah. Maklum bapak sudah pensiun dan sakit tidak bisa lagi bantu. Yusuf tidak putus asa. Saya berikan motivasi dan terus berdoa agar Allah mudahkan anak-anak meraih cita-citanya. Berharap suatu saat ilmu bermanfaat.
Masuk bulan Mei Yusuf bilang ke saya : “Ibu, bagaimana jadinya? Pekan pertama September harus sudah di Geneva. Ngurus visa student itu bisa 3 bulan. Jadi kalau Swiss ini mau diambil, harus mulai diurus secepatnya, maksimal awal Juni.
Saya : “Apa saja persyaratannya?”.
Yusuf : “banyak, tapi yang repot ini harus ada bank statement. Yusuf menyebut jumlah tertentu yang tidak kecil, di atas seratus juta. (bagi yang minat boleh cari-cari info ya )
Saya terdiam mikir siapa yang bisa bantu pinjamkan uangnya sekian juta terus nanti setelah visa student keluar, uang dikembalikan.
Alhamdulillah, ada orang baik dan dermawan bersedia meminjamkan uangnya. Benar, akhir bulan Juli visa keluar dan uang pun dikembalikan.
Di bulan Agustus Yusuf beli tiket pesawat GA Jakarta-Geneva untuk keberangkatan tanggal 5 September.
Yang penting sudah ada visa dan tiket. Tapi bagaimana dengan living cost dan biaya kuliah? Proposal belum ada hasil.
Yusuf mulai cemas. Tapi saya masih terus berharap kepada Allah ada jalan keluar.
Tenang Yusuf, insya Allah ada jawaban. Alhamdulillah tetiba ada yang berkenan bantu sponsor cukup untuk hidup setahun di Swiss.
Sementara ini berjalan, saya dan Yusuf mencari info dari berbagai sumber tentang hidup di Geneva.
Sebagai gambaran, 1 cangkir kopi di Belanda sekitar 2.5 EUR, di Swiss seharga 7.5 EUR. Semua komen ‘Swiss Mahal sekali’.
Apalagi nanti belum tentu bisa part time. Termenung lagi.
Dalam situasi termenung itu, saya shalat dua rakaat mohon petunjuk Allah. Alhamdulillah. Sore, ada kabar via email dari pemerintah Polandia bahwa Yusuf diterima studi magister di Warsaw University dengan beasiswa penuh (full scholarship). Masya Allah.
Galau
Berat meninggalkan Geneva karena sudah punya visa student dan tiket pesawat, tinggal berangkat.
Tapi juga sayang melepas beasiswa di Polandia. Yang lebih tambah membuat galau adalah pengumuman tes masuk S2 Biokimia FKUI juga lulus.
di UI atau ke LN.
Shalat istikharah, istisyarah dengan Dosen pembimbing di UI dan syuro keluarga menjadi pintu Yusuf mengambil keputusan ‘akhirnya ke Polandia’.
Ya Rabbana lakal hamdu wa laka syukr
Selamat dan berkah ya , My son.
You are the hard worker.
—–
[gambar1]
Sejak kecil sudah memupuk prestasi. Alhamdulillah, Allah memberi karunia multitalenta: pandai gambar, pandai berjualan semasa di SD, pelajar teladan SDIT Al-Hikmah, tahfiz terbaik di pesantren Al-Kahfi, lulusan terbaik SMPIT Al-Kahfi, selesai menghafal Al-Qur’an 30 juz di kelas 2 SMA SDQI Bandung., beberapa tulisan masuk di Harian Pikiran Rakyat Bandung, diterima di FMIPA UI 2012 selesai 2016.
Aktif di kegiatan kemahasiswaan UI, finalis mapres FMIPA UI. Semasa mahasiswa di FMIPA UI rajin mengirimkan tulisan/proposal penelitian untuk pertemuan-pertemuan ilmiah Internasional kemudian berangkat ke New Delhi dan Beijing.
—-
Mungkin bagi sebagian orang tua tidak terbayang ada anaknya yang kuliah di LN dengan beasiswa penuh. (Alhamdulillah sudah ada beberapa kakaknya Yusuf yang kuliah di LN dengan beasiswa).
Mungkin juga cerita ini biasa-biasa saja bagi orangtua yang bisa memberangkatkan anaknya kuliah sesuai pilihan karena berlimpah harta.
Mungkin juga lebih banyak orangtua yang tidak ada lintasan pikiran mau menyekolahkan anak ke LN.
Kuliah di LN, menyekolahkan anak sampai lulus SMA saja masih susah.
Masih banyak anak Indonesia yang putus sekolah dan tidak mampu lanjut ke pendidikan tinggi karena biaya yang tidak terjangkau.
Ada sekitar 25 jt penduduk Indonesia masih hidup miskin.
Bersyukurlah bagi yang diberi kesempatan sekolah sampai ke PT, apalagi sampai bisa lanjutkan sekolah ke LN. Manfaatkan ini dengan sebaik-baiknya untuk kejayaan Indonesia.
Semoga lahir pemimpin Indonesia yang menjadikan pembinaan sumber daya manusia sama pentingnya dengan tegaknya bangsa dan negara secara berdaulat dan mandiri.
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di akun Facebooknya pada 27 September 2018 pukul 07.22