Chanelmuslim.com-
Saya sangat menghormati mereka yang berusaha mensosialisasikan bahwa Islam tidak terbelakang. Busana muslimah juga bisa fashionable, tapi tetap harus sesuai syariat.
Perkembangan busana muslim kini sangat menarik karena dilatarbelakangi satu opini bahwa jilbab itu terbelakang, kampungan, tidak gaul, terbelakang, dan tidak fashionable. Inilah yang melatarbelakangi munculnya sekelompok designer Muslimah atau perkumpulan jilbaber dan beberapa peragawati meyakinkan pada masyarakat bahwa busana Muslimah juga bisa modis, fashionable, tidak mengurangi kreativitas dalam berbusana dan tentu saja tetap sesuai syariat. Saya sangat menghormati mereka yang berusaha mensosialisasikan bahwa Islam tidak terbelakang.
Tapi ada satu hal yang harus diingatkan bahwa keinginan untuk menyakinkan masyarakat jangan sampai keluar dari batas syariat. Maksudnya, ketika tampil di atas stage atau di depan publik, menampilkan busana Muslimah kecenderungannya banyak model yang tidak memakai (maaf) pakaian dalam, busananya tembus pandang, sehingga membentuk lekukan badannya. Atau, pada saat di stage dengan busana Muslimah dengan tidak memakai pakaian dalam tetap disaksikan oleh para pria.
Hendaknya, nilai moral (akhlak) yang terkandung di balik busana Muslimah juga tercermin dalam perilaku hidup sehari-hari. Sesuatu yang lazim terjadi di fashion show umum ternyata tetap dibawa pada saat fashion show busana Muslimah. Jika begitu apa bedanya?
Niat kita tidak hanya menunjukkan bahwa Islam itu tidak terbelakang soal busana tapi prinsip dasar syariatnya juga harus terus disosialisasikan. Karenanya, mereka yang mensosialisasikan busana Muslimah harus didukung dengan praktek penerapan nilai-nilai syariat berbusana dalam kehidupan sehari-hari.
Busana Muslimah bukan sesuatu yang menjadi mode tersendiri, sementara aspek syariahnya berjalan sendiri. Bukan itu yang kita harapkan, tapi nilai-nilai syariah yang menyertai orang yang berbusana Muslimah juga harus disosialisasikan. Contoh, jika ingin memperagakan busana Muslimah tidak perlu ada kehadiran laki-laki, jadi khusus untuk perempuan saja.
(ind/sabili)