ChanelMuslim.com – Anak-anak merdeka. Pada suatu kesempatan, Sa’id Ibnu Al-Musayyib duduk selepas shalat dua rakaat. Tidak lama kemudian, anak-anak sahabat Muhajirin dan Anshar berkumpul mengelilinginya.
Tidak ada satu pun yang berani bertanya apa pun kepadanya, kecuali setelah ia memulai dan membuka pembicaraan atau ada yang datang dan bertanya kepadanya. Mereka (anak-anak sahabat) mendengarkannya dengan serius. (Imam as-Sam’ani).
Kisah Sahabat
Samrah Ibnu Jundub ra; ”Pada masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, aku masih anak-anak. Aku termasuk orang yang paling hafal dan tidak satu pun yang menghalangiku untuk berbicara, kecuali karena dalam majelis tersebut banyak sekali orang yang lebih tua dariku.” (HR. Bukhari & Muslim)
Anas ra; ”Aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, Abu Bakar dan Umar karena aku berharap semoga kelak bisa bersama-sama mereka disebabkan kecintaanku kepada mereka.”
Baca juga: Suami Istri Sama-Sama Mengerti Apa yang Harus Diperbaiki
Anas ra adalah pembantu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sejak ia masih kecil, berumur 10 tahun dan menjadi pelayan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam selama 10 tahun.
Kisah di atas adalah penggalan gambaran sosok anak-anak yang tumbuh pada masa kenabian. Indonesia juga punya kisah teladan para pahlawan. Ada Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Teuku Umar, Tjut Nyak Dien, HOS Tjokroaminoto, H. Agus Salim, Mohammad Roem, Bung Tomo, hingga Panglima Sudirman. Masih banyak lagi. Mereka tumbuh dalam asuhan keluarga yang mengerti apa itu penjajahan dan apa makna kemerdekaan.
Kisah sahabat dan para pejuang kemerdekaan Indonesia adalah kisah teladan tentang anak-anak merdeka. Mereka ditanamkan mencintai keadilan dan membenci kezaliman. Mereka diajarkan berpihak kepada kebenaran.
Perjuangannya adalah melawan penjajahan dan membela orang-orang yang tertindas. Mereka mengenal Tuhannya, dan paham kepada siapa cinta diberikan. Jiwa dan pikirannya bebas namun beradab.
Tanggal 17 Agustus telah berlalu. Namun semangat menjaga dan mengisi kemerdekaan harus terpatri dalam hati dan pikiran serta nyata dalam tindakan. Tugas kita saat ini adalah menyiapkan anak-anak merdeka yang mampu mewujudkan cita-cita negara RI. Layak dalam pandangan Allah, dan tidak mengecewakan para pendiri bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raga.
Catatan Ustazah Wirianingsih di akun Instagramnya @wiwirianingsih pada Senin, 06 September 2021.
[Wnd]