ChanelMuslim.com –
Serial Cahaya di Langit Jiwa (14)
“AJAKLAH HATIMU MEMBENCI FITNAH”
Seseorang dituntut agar menolak dengan hatinya segala bentuk fitnah, karena sesungguhnya fitnah itu negatif. Semua bentuk fitnah itu tidak produktif.
Ia harus menyadari betapa buruk akibat fitnah. Sikap menilai baik terhadap suatu bentuk fitnah, sekalipun ia tidak masuk kedalamnya, akan menggodanya untuk memasukinya.
Imam Ahmad ketika menerangkan sifat zuhud dan tingkatannya, menasihati kita secara jelas dan tegas. Beliau menghidupkan kembali fiqh dakwah pergerakan seorang imam tabi’in al-Hasan al-Bashri.
Imam Ahmad telah meriwayatkan percakapan antara al-Hasan dengan Abdul Wahid ibnu Zaid, ketika ia meminta fatwa. Abdul Wahid bertanya :
يا ابا سعيد : اخبرني عن رجل لم يشهد فتنة ابن المهلب ، الا انه عاون بلسا نه ورضي بقلبه .! قال : يا ابن اخي : كم يد عقرت الناقة ؟ قلت : يد واحدة ، قال : اليس قد هلك القوم جميعا برضاهم و تماليهم
“Wahai Abu Sa’ad, terangkanlah padaku kedudukan seorang laki-laki yang tidak pernah terjun langsung dalam fitnah perang saudara yang terjadi pada masa Ibnu al-Muhallab, namun ia membantu dengan lidah dan kerelaan hatinya pada salah satu pihak ?! Al-Hasan menjawab :” Wahai ponakanku, berapa tangankah yang diperlukan untuk menyembelih onta ?.” Dia menjawab :”Cukup dengan satu tangan.” Al-Hasan berkata :”Bukankah mereka semua sudah hancur karena kerelaan dan kecondongan hati mereka ?.”**
Ibnu al-Muhallab dalam kisah ini adalah Ibnu al-Muhallab bin Abu Shufrah. Seorang panglima yang berjasa menumpas pemberontakan kaum khawarij, namun ia ‘ujub’ (kagum) pada dirinya sendiri. Ia terperdaya oleh peninggalan kebesaran ayahnya, lalu ia mencintai kekuasaan, dan memisahkan diri dari pemerintahan negara yang masih muda.
Oleh karena itu, dukungan sama artinya dengan masuk dalam fitnah itu sendiri. Demikian pendapat para ahli fikih dari kalangan tabi’in.
Sebagian berpendapat bahwa sikap berteman dengan orang yang mempunyai akhlak ahli fitnah bisa dijadikan alasan untuk mengatakan ia masuk ahli fitnah.
Saudaraku, amal islami itu sangat luas dan banyak. Ia adalah cahaya. Semuanya mendapat pahala dan ganjaran dari Allah. Seorang yang berakal sehat akan menyukai ini dan ia akan tersenyum gembira.
Jika sebagian orang tidak suka dengan amal islami ini dan berpaling darinya lalu ada yang merasa senang dengan sikap ini, sesungguhnya ia sama dengan orang tsb.
Wallahu a’lam bisshawwab
@Wirianingsih
——–
*Dinukil dari “al-‘awaiq” (Hambatan-Hambatan Dakwah, terj.),Ahmad ar-Rasyid.
**Kitab az-Zuhd , Imam Ahmad,h.289
#RenunganUntukParaDa’i
#Jum’atBarakah
Catatan Ustazah Wiwi Wirianingsih di Akun Facebook pada Jumat, 4 Januari 2019