ChanelMuslim.com – Penjara pikiran itu sederhananya seperti ini. Ada seseorang yang sedang berbisnis. Bisnisnya saat itu gagal, lalu dia berkesimpulan bahwa saya kalau bisnis selalu gagal.
Jadi ia sendiri yang telah memprogram dalam pikirannya bahwa ia selalu gagal dalam berbisnis. Program itulah yang tertanam dalam pikirannya, hasilnya benar, ia selalu gagal dalam berbisnis.
Bagaimana cara berpikir keluar dari penjara pikiran, katakan: “Memang hari ini saya gagal dalam berbisnis, atas izin Allah, besok saya menjadi orang yang sukses dalam berbisnis.”
Kenapa ada orang yang sakitnya menahun karena ia berkeyakinan bahwa sakitnya itu lama. Ia merasa bahwa dirinya sulit untuk sembuh, sakit seperti ini memang lama, sakit seperti ini harus minum obat selamanya.
Lalu pikirannya terus meyakinkan dirinya kalau benar ia sakit, pikiran terus mengakses penyakit, membayangkan terus menerus sehingga benar menjadi kenyataan bahwa sakitnya menahun.
Kita punya keyakinan dan percaya bahwa sakit kita itu sulit diobati dan bakalan lama, entah sampai kapan sembuhnya. Betul memang saat ini kita sedang sakit tetapi besok atau lusa atau beberapa hari yang akan datang kita tidak tahu.
Kadang itu memang kita hari ini sedang sakit kemudian kita juga meyakini besok bakalan sakit, lusa juga, setahun sakitnya tidak bakalan sembuh maka benar selamanya sakitnya tidak bakalan sembuh karena pikiran memprogram tidak sembuh.
Baca Juga: Penjara Suci
Penjara Pikiran
Ini yang dimaksud sebagai penjara pikiran. Jadi kalau ingin keluar dari penjara pikiran kita harus mengubah mindset dari yang awalnya: “Wah sakit seperti ini nggak bakalan sembuh” menjadi “memang hari ini saya sakit tetapi insya Allah besok sudah sembuh”.
Contoh lagi, anak saya itu Pak, kalau makan udang pasti alergi. Nah, hati-hati dengan kata “pasti alergi”. Secara tidak sadar, orang tua terus memprogram anaknya untuk alergi dengan udang selamanya.
Kenapa nggak diubah misalnya: “Memang hari ini anak saya alergi udang, tetapi insya Allah besok saat makan udang badannya tetap sehat tidak alergi lagi”.
Jadi kita tidak boleh seperti Tuhan yang sudah mampu memastikan kejadian di masa depan. Kita memang sakit detik ini, tetapi besok kita tidak tahu, karena bukan kita yang menentukan takdir kita di masa depan tetapi Allah.
Memang saat ini kita punya utang, tetapi besok, kita tidak tahu bisa jadi lunas karena memang sudah kehendak Allah.
Saat ini memang kita sedang sakit, bisa jadi besok kita sudah sembuh karena pertolongan Allah. Jadi coba kita pelan-pelan mengubah redaksinya.
“Betul, saat ini saya sedang sakit, tetapi insya Allah besok saya sudah sembuh”.
“Benar, anak saya alergi udang saat ini, insya Allah besok sudah sehat dan aman saat makan udang”.
“Hari ini memang saya punya utang, tetapi besok insya Allah sudah lunas”.
“Hari ini memang saya gagal, tetapi besok insya Allah saya berhasil”.
Selamat memprogram pikiran dengan hal-hal yang baik, Sahabat Muslim.[ind]
sumber: Rumah Pintar Aisha