ABU Hurairah adalah salah satu sahabat Rasul yang memiliki keutamaan dalam hafalan. Ia termasuk sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis dari Rasulullah. Namun siapa sangka bahwa dibalik kecerdasannya, ia adalah sosok sahabat Rasul yang akrab dengan kemiskinan.
Karena keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam ia pernah menderita kepedihan lapar yang jarang diderita orang lain.
Dan pernah ia menceritakan kepada kita bagaimana rasa lapar telah menggigit-gigit perutnya, maka diikatkannya batu dengan surbannya ke perutnya dan ditekannya ulu hatinya dengan kedua tangannya.
Baca Juga: Abu Hurairah Otaknya Gudang Pengetahuan
Abu Hurairah, Sahabat Rasul yang Akrab dengan Kemiskinan
Lalu terjatuhlah ia di masjid rambil menggeliat-geliat kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan, padahal sama sekali bukan!
Suatu kali, dengan masih mengikatkan batu ke perutnya, dia duduk di pinggir jalan, tempat orang biasanya berlalu lalang.
Dilihatnya Abu Bakar melintas. Lalu dia minta dibacakan satu ayat Al-Quran. “Aku bertanya begitu supaya dia mengajakku ikut, memberiku pekerjaan,” tutur Abu Hurairah.
Tapi Abu Bakar cuma membacakan ayat, lantas berlalu.
Dilihatnya Umar ibn Khattab. “Tolong ajari aku ayat Al-Quran,” kata Abu Hurairah. Kembali ia harus menelan ludah kekecewaan karena Umar berbuat hal yang sama.
Tak lama kemudian Nabi lewat. Nabi tersenyum. “Beliau tahu apa isi hati saya. Beliau bisa membaca raut muka saya secara tepat,” tutur Abu Hurairah.
“Ya Aba Hurairah!” panggil Nabi.
“Labbaik, ya Rasulullah!”
“Ikutlah aku!”
Beliau mengajak Abu Hurairah ke rumahnya. Di dalam rumah didapati sebaskom susu. “Dari mana susu ini?” tanya Rasulullah. Beliau diberi tahu bahwa seseorang telah memberikan susu itu.
“Ya Aba Hurairah!”
“Labbaik, Ya Rasulullah!”
“Tolong panggilkan ahli shuffah,” kata Nabi. Susu tadi lalu dibagikan kepada ahli shuffah, termasuk Abu Hurairah.
Sejak itulah, Abu Hurairah mengabdi kepada Rasulullah, bergabung dengan ahli shuffah di pondokan masjid. [Ai/Ln]