MENIKAH itu untuk selamanya ditulis oleh Cahyadi Takariawan, seorang Konselor Keluarga sekaligus Founder Wonderful Family Institute.
Pernikahan tidak boleh diniatkan untuk jangka waktu tertentu.
Saat melaksanakan akad nikah, tidak boleh tebersit ada pikiran untuk membatasi usia pernikahan dalam suatu rentang waktu.
Pernikahan tidak boleh bermotivasi coba-coba, atau eksperimen, atau semacam itu.
“Sekarang yang penting nikah dulu, besok kalau tidak cocok ya cerai saja.”
“Sekarang dicoba dulu, kalau bahagia diteruskan, kalau tidak bahagia cerai saja.”
Jangan pernah berpikir untuk bercerai. Jangan ada kalimat “kalau nanti tidak cocok”.
Nikah itu diniatkan seumur hidup, selamanya. Bukan suatu eksperimen atau percobaan.
View this post on Instagram
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Oleh karena itu, dalam menempuh proses dari awalnya, harus disertai kelurusan dan kekuatan motivasi.
Pernikahan adalah sebuah gerbang kehidupan, yang akan menentukan corak atau warna seseorang dalam waktu yang lama.
Kebaikan atau keburukan seseorang, bermula dari kondisi keluarga.
Di lain kesempatan, Cahyadi juga menulis bahwa cinta membuatmu selalu memberi.
Perasaan cinta kepada pasangan, membuatmu tidak letih untuk terus memberi.
Inilah yang menjadi karakter aktif dari cinta yang dewasa, yaitu hasrat untuk memberi.
Bukan hasrat untuk menerima.
Menikah Itu untuk Selamanya
Baca juga: Kerja Sama Suami Istri Dalam Membangun Keluarga
Memberi memiliki makna dan wujud yang paling nyata dari potensi diri.
Dalam setiap tindakan memberi, kamu akan merasakan kekuatan, kekayaan, dan kekuasaan atas dirimu sendiri.
Maka memberi akan lebih membahagiakan daripada menerima.
Pada akhirnya, tindakanmu yang terus memberi akan membuat pasanganmu juga menjadi pemberi.
Karena memberi adalah kekuatan yang melahirkan cinta.
Dan wujud tertinggi dari rasa cinta, adalah selalu memberi.
Memberikan yang terbaik untuk orang-orang yang engkau cintai.[Sdz]