MEMANTAPKAN hati memilih calon pasangan. Ustazah, jika ada laki-laki yang mengajak taaruf dan menurut orang-orang sekitar, dia orangnya baik rajin ibadahnya. Sedangkan beberapa hari setelahnya, temen SMA saya ingin melamar, dan saya sudah kenal teman SMA saya ini karena dulu temen sekelas juga. Apa yang harus saya lakukan Ustazah?
Ustazah Husna Hidayati, M.HI menjelaskan mengenai persoalan ini yaitu sebagai berikut.
Sudah sepatutnya sebagai umat manusia kita menyerahkan semua jawaban dari kebimbangan atas jodoh, pekerjaan, dan segala urusan lainnya kepada Allah Subhanahu wa taala.
Caranya dengan melakukan sholat istikharah. Yakinlah dengan melakukan salat istikharah insya Allah kamu akan terhindar dari keburukan sebagaimana tercantum dalah hadis riwayat Bukhari berikut ini,
“Ya Allah, dan sekiranya engkau mengetahui bahwa urusan ini buruk bagiku dalam agamaku, kehidupanku, dan akibat dari urusan ini, maka hindarkanlah aku darinya, Kemudian takdirkanlah untukku kebaikan bagaimanapun adanya, lalu berilah aku keridhaan dengannya.” (HR. Bukhari).
Sholat istikharah merupakan sholat sunah yang dikerjakan ketika seseorang dihadapkan dengan dua pilihan yang berat dan mendesak.
Dengan sholat istikharah, kita akan mampu membuat pilihan yang benar dan terbaik menurut petunjuk Allah.
Sebagai seorang muslim, kita tentu menyadari bahwa Allah Maha Mengetahui dan Maha Menguasai segala-galanya. Baik yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi.
Sebaliknya, kita manusia adalah makhluk yang lemah dan terbatas dalam segala hal.
Karenanya, sudah sepatutnya kita menyerahkan segala urusan kita kepada Allah dalam membuat pilihan yang terbaik menurut pengetahuan-Nya.
Baca Juga: Ketika Muncul Keraguan Pada Calon Pasangan
Memantapkan Hati Memilih Calon Pasangan
Banyak manusia yang membuat pilihannya berdasarkan pengetahuan mereka yang terbatas, dan terkadang pula dipengaruhi oleh syahwat manusiawinya semata.
Dan pada akhirnya, banyak pula dari mereka yang menyesal sesudahnya. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Dalam ayat tersebut, baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah. Sedangkan, baik menurut Allah sudah pasti baik untuk kita. Walaupun kebaikan itu tidak atau belum tampak oleh kita.
Kenyataannya, banyak hal yang sebelumnya kita anggap buruk, namun pada akhirnya kita mendapatkan perkara baik dari yang kita anggap buruk.
Sungguh, kebaikan itu tidak bisa diukur dengan hanya menggunakan akal manusia yang terbatas. Kebaikan itu tidak harus tampak dan dapat kita rasakan dengan segera.
Kebaikan tersebut merupakan sesuatu yang bersangkutan dengan masa depan yang jauh, tidak hanya untuk hari ini atau saat ini saja. Kebaikan adalah sesuatu dari Allah.
Demikian, semoga segera mendapatkan petunjuk dan kemantapan hati dari Allah Subhanahu wa taala atas pilihan jodoh yang terbaik. Wallaahu a’lam.[ind]
Sumber: Sharia Consulting Center