TENTU kalau disebutkan kisah umroh Rasulullah, bukan berarti Rasulullah mengerjakannya sendiri. Rasulullah mengerjakan kedua perintah Allah itu bersama dengan para sahabat.
Berbeda dengan ibadah haji yang dilakukan hanya sekali, Rasulullah tercatat 4 kali pernah mengadakan perjalanan untuk ibadah umroh.
Umroh pertama
Kisah umroh Rasulullah yang pertama terjadi di tahun ke-6 hijriah, namun gagal masuk ke kota Mekkah karena di halangi oleh orang-orang Quraisy yang masih belum bisa membedakan secara proporsional antara permusuhan dan ritual ibadah.
Sehingga akhirnya umroh pertama ini gagal dilaksanakan dan akhirnya terjadi perjanjian Hudaibiyah.
Rombongan umroh ini berangkat dari Madinah menuju Mekkah dengan jumlah antara 1.400-1.500 orang peserta, pada bulan Zulkaidah sebagai salah satu bulan suci dengan semua mengenakan pakaian ihram, sambil menarik ternak yang akan mereka sembelih di Mina, tanpa membawa senjata.
Namun rombongan dicegat di daerah Hudaibiyah beberapa kilometer sebelum memasuki Mekkah. Para pemuka Quraisy tidak mengizinkan jemaah itu memasuki kota Mekkah dengan alasan mereka masih dalam status berperang.
Bahkan terdengar isu bahwa para utusan yang dikirim oleh Rasulullah untuk bernegosiasi telah dibunuh.
Tujuan mereka bukan untuk berperang, tapi semata-mata mau menjalankan ibadah haji. Tidak ada persiapan apa pun yang terkait dengan perang, Rasulullah dan para sahabat datang hanya berpakaian lembaran kain ihram, sama sekali tidak membawa senjata, bekal apalagi persiapan perang.
Namun pihak Quraisy justru ingin memanfaatkan momen ini, dan berniat untuk menghabisi semua umat Islam dalam sekali libas. Mumpung semua tidak bersenjata dan mumpung semuanya ada, membantai mereka di momen seperti ini dalam pikiran mereka, akan segera menyelesaikan persoalan.
Maka terjadilah Ba’iat Ridhwan yang dilangsungkan di bawah sebuah pohon. Akhirnya setelah bai’at berlangsung, didapat kesepakatan dengan orang-orang Quraisy untuk berdamai selama masa waktu 10 tahun. Di dalam sejarah, perjanjian ini dikenal dengan Perjanjian Hudaibiyah, mengacu kepada titik tempat dimana perjanjian itu disepakati.
Baca juga: Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Bagi Jemaah Umroh Perempuan
Kisah Umroh Rasulullah
Umroh kedua
Umroh yang ke-2, terjadi setahun kemudian, tahun ke 7 hijriah. Umroh ini dikenal dengan sebutan umroh qadha’, karena menggantikan umroh sebelumnya yang gagal.
Umroh yang kedua ini terjadi ketika umat Islam telah melaksanakan perjanjian damai dengan pemuka Mekkah untuk rentang waktu 10 tahun. Selama masa itu, kedua belah pihak terikat perjanjian untuk tidak boleh saling berperang, saling membunuh dan saling mengkhianati.
Tercatat sekali saja umroh di masa damai, tidak sampai dua tahun berjalan, tiba-tiba orang Mekkah dan sekutunya tidak tahan untuk mencederai perjanjian itu. Maka segera saja Rasulullah menyiapkan pasukan perang yang sangat dahsyat, tidak kurang dari 10.000 pasukan akhirnya terbentuk sepanjang perjalanan, di bawah pimpinan Khalid bin Walid yang baru saja menyatakan ke islaman-Nya dan membelot dari pihak kafir Mekkah kepada Nabi Muhammad.
Umroh ketiga
Umroh yang ke-3 terjadi di tahun ke-8 hijriah, yaitu bertepatan dengan peristiwa dibebaskannya kota Mekkah (fathu Mekkah).
Saat itu Rasulullah berhasil menaklukkan kota Mekkah dengan pasukan yang teramat besar untuk ukuran kota Mekkah. Tidak kurang dari 10.000 pasukan mengepung lembah kota Mekkah dari empat penjuru mata angin, sambil menabuh genderang perang dan lantunan takbir yang membahana.
Otomatis Mekkah dan penduduknya menyerah tanpa syarat. Tidak ada lagi yang bisa mereka jadikan sebagai alat pertahanan, sebab di seluruh bukit kota Mekkah, 10.000 pasukan itu menyalakan api unggun.
Suasananya berbalik 180 derajat dari 2 tahun sebelumnya, ketika pasukan Mekkah mengepung 1500-an sahabat di Hudaibiyah.
Dalam kesempatan itu Rasulullah memasuki kota Mekkah dengan berpakaian ihram, lalu beliau bertawaf di sekeliling Ka’bah, sebagai rukun ibadah umroh dan menyelesaikannya dengan mengerjakan sa’i antara bukit Shafa dan Marwah.
Namun peristiwa ini bukan ibadah haji. Ibadah haji baru beliau lakukan pada tahun ke-10, 2 tahun kemudian. Ibadah yang beliau lakukan hanyalah sebuah ibadah umroh, yang kalau diurutkan adalah umroh yang ke-3.
Umroh keempat
Sedangkan umroh yang ke-4 atau yang terakhir, adalah umroh yang beliau lakukan bersamaan dengan haji di tahun ke-10 hijriah.
Diriwayatkan saat itu Rasulullah melakukan haji dan berangkat dari kota Madinah Al-Munawwarah. Salah satu riwayat menyebutkan bahwa orang-orang yang mendengar khutbah wada’ di padang Arafah saat itu tidak kurang dari 124.000 sahabat.
Pada saat itu turun ayat yang menyatakan bahwa agama Islam telah turun secara sempurna, kenikmatan Allah juga sudah paripurna, serta dinyatakan bahwa agama yang diridhai Allah hanyalah agama Islam. [Din]