BUNDA dan Ayah mungkin sering melihat anak melakukan hal-hal unik dan tak terpikirkan oleh orang dewasa. Ia sering kali mengaitkan suatu kejadian yang dialaminya dengan peristiwa yang tidak ada dikehidupan nyata. Ini sering kali disebut dengan Magical Thinking.
Misalkan, saat berada di dalam kereta api dan melintas di bawah terowongan, anak membayangkan sedang berada di dalam mulut monster atau sedang berpetualang dan singgah di dalam gua.
Para orangtua harus tahu bahwa hal ini adalah bagian dari tahap perkembangannya, dan tentunya dianggap normal. Namun pada orang dewasa, magical thinking ini berkaitan dengan gangguan obsesif-kompulsif.
Magical thinking mulai dipraktikkan pada anak-anak saat ia berada di masa balita. Anak-anak saat memiliki pemikiran ini akan menganggap bahwa apa yang dipikirkannya berpengaruh dengan dunia disekitar mereka.
Baca Juga: Tips Memilih Buku Untuk Anak Usia 19-36 Bulan
Sebagai contoh, si kecil selalu bergantung dengan sendok motif hewan kesukaannya dan ia merasa akan makan lebih lahap menggunakan sendok tersebut. Atau si kecil harus ditemani dengan selimut kesayangannya saat hendak tidur karena dapat menjauhkannya dari mimpi buruk.
Dalam hal ini, anak-anak sedang berada di tahap perkembangan egosentris. Mereka yakin tindakannya secara langsung memengaruhi kejadian di sekitar. Positifnya, magical thinking akan menciptakan rasa optimisme.
Dikutip dari Klik Dokter, rasa optimisme dapat mengubah pandangan dan membantu anak mengelola tekanan emosional, stres, serta depresi dengan lebih mudah. Optimisme yang meningkat juga akan membuatnya lebih mudah memerhatikan hal-hal baik di sekitarnya.
Meskipun kesehatan fisik anak tak instan membaik akibat optimisme, pandangan tersebut setidaknya dapat mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Kekurangan dari magical thinking ialah anak menjadi sukar atau sering menolak rutinitas baru. Oleh karena itu, orangtua perlu berusaha maksimal dan sekreatif mungkin untuk menghadapi anak dengan magical thinking.
Yang perlu menjadi perhatian lebih dari anak yang mengalami magical thinking adalah jika pola berpikir anak mulai mengganggu rutinitas seperti, waktu makan, waktu sekolah, waktu tidur. Orangtua perlu menemukan beberapa cara untuk mengatasi pola pikirnya.
Jika perlu orangtua sebaiknya membantu anak untuk mendapatkan penanganan tenaga profesional seperti dokter anak dan psikolog. [Ln]