AYAH Bunda, seorang anak memiliki tahapan bermain sendiri. Ternyata, semenjak bayi, anak sudah mulai mengobservasi dan bermain dengan caranya sendiri.
Anak-anak suka bermain, dan jika Ayah Bunda berpikir bahwa anak hanya melakukan sesuatu secara acak untuk menghabiskan waktunya, ternyata tidak.
Seorang anak dapat belajar banyak tentang imajinasi dan kreativitas dalam berbagai tahap kehidupan.
Itu juga telah dibuktikan dan didokumentasikan dengan baik bahwa permainan memainkan peran penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan.
Ayah Bunda dapat mengenal lebih banyak konsep bermain saat membahas berbagai tahapan permainan. Selain itu, konsep-konsep bermain juga dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial dalam diri anak.
Baca Juga: Pentingnya Keterampilan Komunikasi untuk Anak-Anak
6 Tahapan Bermain pada Anak
Setiap orangtua ingin anaknya tumbuh menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan dapat menyesuaikan diri dengan baik, yang harus memiliki persahabatan dan hubungan yang berarti dalam hidupnya.
Untuk itu, Ayah Bunda perlu mengajari mereka tentang keterampilan sosial. Hal pertama yang harus diingat adalah bahwa keterampilan ini tidak bersifat genetik, yaitu anak tidak dilahirkan dengan membawa keterampilan sosial.
Oleh karena itu, anak perlu diajarkan memperoleh keterampilan ini. Ayah Bunda dapat banyak membantu anak mempelajarinya.
Berikut adalah tahapan penting dari permainan dan usia yang terkait dengannya.
1. Bermain dalam diam
Tahap ini biasanya dimulai sejak lahir hingga bayi berusia dua tahun.
Pernahkah Ayah Bunda melihat bayi kecil hanya terbaring di sana dan tidak melakukan apa-apa?
Nah, bagi Bunda, dia mungkin hanya tergeletak, tetapi pada kenyataannya, dia mencoba mengamati hal-hal di sekitarnya.
Mungkin tampak bahwa bayi atau anak kecil tidak melakukan banyak hal, tetapi sebenarnya mereka sedang belajar mengobservasi.
Bayi mungkin sedang asyik menghubungkan titik-titik di benaknya. Dia mungkin mencoba menempatkan sesuatu dan mencoba menghubungkannya satu sama lain.
Pada tahap ini, satu-satunya interaksi sosial yang mungkin dilakukan bayi adalah tersenyum kepada orang tua. Namun, semua pengamatan dan eksplorasinya dapat membantu meletakkan dasar untuk tahap selanjutnya.
2. Bermain Mandiri atau Soliter
Anak-anak yang berusia antara satu hingga tiga tahun menikmati permainan soliter. Bermain soliter berarti seorang anak dapat bermain sendiri dengan mainannya.
Pada tahap ini, anak mungkin asyik bermain sendiri dengan mainan atau benda lain. Para orangtua terkadang bertanya-tanya mengapa bayi mereka tidak bermain dengan saudara atau anak-anak mereka yang lain.
Sebenarnya, anak-anak pada tahap ini mungkin tidak memperhatikan orang lain saat mereka asyik bermain.
Pada usia ini, keterampilan kognitif dan motorik bayi mulai berkembang. Dia mungkin juga bekerja untuk mengasah keterampilan sosialnya.
Tahap ini penting dalam kehidupan seorang anak dalam mengajarkan pentingnya menjadi bahagia dan puas dengan keberadaan dirinya sendiri.
3. Bermain sambil Menonton
Tahap ini biasanya terjadi pada anak di usia balita, tetapi ini juga dapat terjadi pada tahap apa pun dalam kehidupan anak.
Pada tahap ini, seorang anak biasanya belajar dengan mengamati anak lain atau kakak-kakaknya.
Dia mungkin tidak sedang bermain dengan mereka, tetapi dia mungkin tertarik untuk melihat hal-hal atau aktivitas yang dilakukan anak-anak lain.
Ini biasanya terjadi ketika anak tersebut sedikit malu dan ragu-ragu dengan orang lain. Dia mungkin tidak tahu bagaimana caranya bermain dengan orang lain.
Pada tahap ini, seorang anak tidak menyadari apa yang diharapkan darinya atau apa aturan permainannya.
Hal-hal ini mungkin membuatnya khawatir, sehingga ia mungkin tidak maju untuk bermain dengan teman-temannya. Namun, pada tahap ini, dia memahami melalui observasi.
4. Bermain Paralel
Tahap permainan ini biasanya terlihat pada anak-anak antara kelompok usia 2,5 hingga 3,5 tahun.
Permainan paralel adalah ketika seorang anak bermain di ruangan yang sama dengan anak lain tetapi tidak bermain bersama-sama.
Pada tahap ini, seorang anak dapat bermain dengan mainan yang sama atau bahkan melakukan hal yang sama dengan yang lain tetapi tidak bersama-sama.
Inilah usia saat anak belajar tentang perilaku sosial dan juga tentang kematangan sosial. Tahapan ini juga meletakkan dasar untuk tahap permainan selanjutnya.
5. Bermain Asosiatif
Tahap permainan ini terlihat jelas pada anak-anak berusia antara 3 sampai 4 tahun.
Ini adalah tahap saat anak-anak mulai bermain dekat satu sama lain, tetapi tujuan mereka mungkin tidak sama.
Anak-anak suka bermain satu sama lain, namun mereka mungkin tidak bermain bersama. Misalnya, anak Anda mungkin bermain di taman.
Di sana juga ada anak-anak lain, tetapi dia tidak bermain dengan mereka. Semuanya mungkin melakukan jenis kegiatan yang berbeda.
Tahap ini membantu anak untuk mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan perkembangan bahasanya. Itu juga mengajarinya tentang kerja sama.
6. Bermain Kerja sama
Tahap permainan ini diamati pada anak-anak dari usia 4 hingga 6 tahun.
Pada tahap ini, anak menjadi tertarik bermain dengan anak lain atau sekelompok anak. Pada tahap ini, seorang anak mulai tertarik dengan apa dan dengan siapa dia bermain.
Tahap permainan ini dapat dengan tepat disebut puncak dari semua tahap permainan karena semua keterampilan yang dipelajari dari tahap sebelumnya diterapkan.
Ini membantu anak banyak belajar tentang interaksi sosial.
Peran 6 tahapan bermain pada anak ini penting dalam perkembangan anak tidak dapat dirusak. Oleh karena itu, dukung anak melalui tahapan ini untuk membantunya belajar lebih baik.[My/ind/firstcryparenting]